Agar Pekerjaan Menjadi Berkah, Mbah Moen Bagikan 5 Tips ini

27 Agustus 2021, 10:00 WIB
Agar Pekerjaan Menjadi Berkah, Mbah Moen Bagikan 5 Tips ini./ /Pixabay/danisampa/

MANTRA SUKABUMI - Berikut ini 5 tips yang dibagikan oleh Mbah Moen agar pekerjaan menjadi berkah.

Tentu saja, 5 tips yang diberikan Mbah Moen ini bisa Anda lakukan sebagai pekerja menginginkan jika pekerjaan Anda menjadi berkah.

Ulama kharismatik asal Rembang almarhum KH Maimoen Zubair atau biasa dikenal dengan sebutan Mbah Moen membagikan 5 tips agar pekerjaan menjadi berkah.\

Baca Juga: Shopee Gandeng Bintang Internasional Jackie Chan dan Joe Taslim di Iklan Shopee 9.9 Terbaru

Dilansir mantrasukabumi.com dari akun Instagram @gusbahagram yang diunggah pada 5 Agustus 2021, berikut 5 tips agar pekerjaan menjadi berkah menurut Mbah Moen.

 

‎ﻗﺎﻝ اﻟﻔﻘﻴﻪ ﺭﺣﻤﻪ اﻟﻠﻪ: ﻣﻦ ﺃﺭاﺩ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻛﺴﺒﻪ ﻃﻴﺒﺎ، ﻓﻌﻠﻴﻪ ﺃﻥ ﻳﺤﻔﻆ ﺧﻤﺴﺔ ﺃﺷﻴﺎء.

‎ﺃﻭﻟﻬﺎ: ﺃﻥ ﻻ ﻳﺆﺧﺮ ﺷﻴﺌﺎ ﻣﻦ ﻓﺮاﺋﺾ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻷﺟﻞ اﻟﻜﺴﺐ، ﻭﻻ ﻳﺪﺧﻞ اﻟﻨﻘﺺ ﻓﻴﻬﺎ.

‎ﻭاﻟﺜﺎﻧﻲ: ﺃﻥ ﻻ ﻳﺆﺫﻱ ﺃﺣﺪا ﻣﻦ ﺧﻠﻖ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻷﻛﻞ اﻟﻜﺴﺐ.

‎ﻭاﻟﺜﺎﻟﺚ: ﺃﻥ ﻳﻘﺼﺪ ﺑﻜﺴﺒﻪ اﺳﺘﻌﻔﺎﻓﺎ ﻟﻨﻔﺴﻪ، ﻭﻋﻴﺎﻟﻪ، ﻭﻻ ﻳﻘﺼﺪ ﺑﻪ اﻟﺠﻤﻊ ﻭاﻟﻜﺜﺮﺓ.

‎ﻭاﻟﺮاﺑﻊ: ﺃﻥ ﻻ ﻳﺠﻬﺪ ﻧﻔﺴﻪ ﻓﻲ اﻟﻜﺴﺐ ﺟﺪا.

‎ﻭاﻟﺨﺎﻣﺲ: ﺃﻥ ﻻ ﻳﺮﻯ ﺭﺯﻗﻪ ﻣﻦ اﻟﻜﺴﺐ، ﻭﻳﺮﻯ اﻟﺮﺯﻕ ﻣﻦ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭاﻟﻜﺴﺐ ﺳﺒﺒﺎ

Al Faqih berkata: "Siapa saja berharap pekerjaannya menjadi lebih baik (barokah), maka jagalah 5 (lima) perkara:

1. Jangan mengakhirkan (menelantarkan) atau mengurangi kewajiban (sholat, zakat dll.) karena lebih mementingkan pekerjaan.

Berdasarkan sabda Nabi sallallahu alaihi wa sallam:

" بين الرجل وبين الشرك و الكفر ترك الصلاة " رواه الإمام مسلم في صحيحه

“Antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan shalat.” HR. Imam Muslim di shohehnya.

Dan sabda Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa sallam dalam hadits lain:

" العهد الذي بيننا وبينهم الصلاة فمن تركها فقد كفر " رواه الإمام أحمد ، وأهل السنن الأربع بإسناد صحيح

“Perjanjian diantara kami dan mereka adalah shalat, siapa yang meninggalkannya maka dia telah kafir. HR. Imam Shalat Ahmad dan Ahlus sunan empat dengan sanad shoheh.

2. Jangan menyakiti orang lain demi pekerjaan.

Allah SWT berfirman dalam Alquran Surat Al Ahzab ayat 58 tentang menyakiti orang lain yang artinya:

“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata”.

3. Bertujuan menjaga diri dan keluarganya dari meminta-minta. Jangan bertujuan mengumpulkan dan memperbanyak harta.

Islam melarang menimbun harta karena dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, yang berakibat terjadinya kerugian. 

Allah SWT berfirman, "... Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.” (QS al-Hasyr 7).

Sementara terkait meminta-minta, terdapat kisah dari sahabat Nabi Muhammad SAW yang bernama Qabishah bin Mukhariq Al Hilal yang pernah dalam keadaan tidak mampu lagi untuk menunaikan nafkahnya karena beratnya beban hidup.

Rasulullah SAW lantas memberinya tiga syarat, sebagaimana dalam sabdanya yakni:

"Hai Qabishah, sesungguhnya meminta-minta itu tidak boleh, kecuali bagi salah satu dari tiga golongan. Pertama, orang yang memikul beban tanggungan yang berat di luar kemampuannya. Maka, dia boleh meminta-minta sampai sekadar cukup, lalu berhenti. Kedua, orang yang tertimpa musibah yang menghabiskan seluruh hartanya. Maka, dia boleh meminta sampai dia mendapatkan sekadar kebutuhan hidupnya. Ketiga, orang yang tertimpa kemiskinan sehingga tiga orang yang sehat pikirannya dari kaumnya menganggapnya benar-benar sangat miskin. Maka, dia boleh meminta sampai dia mendapatkan sekadar kebutuhan hidupnya. Sedangkan selain dari ketiga golongan tersebut hai Qabishah maka meminta-minta itu haram, hasilnya bila dimakan juga haram." (HR Muslim).

Baca Juga: Saat Imam Sujud Tilawah, Ada Satu Makmum yang Tak Ikut, Apakah Sah? Begini Penjelasan Ponpes Mbah Moen

4. Jangan memforsir diri dalam pekerjaan.

Islam mengajarkan untuk bekerja secara profesional dan tidak memforsir diri dalam pekerjaan.

Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah mencintai jika seseorang melakukan suatu pekerjaan maka dilakukannya secara Itqan (profesional)” (HR. Thabrani).

5. Jangan menyakini rizki datangnya dari pekerjaan. Tapi yakinlah bahwa rizki dari Alloh, sedangkan pekerjaan hanya sebagai perantara".

Sebagaimana dalam Alquran, Allah SWT berfirman yang artinya, “Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki lalu mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah diantara yang kamu sekutukan dengan Allah itu dapat berbuat demikian? Maha Suci Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutuan.” (QS. Ar-Rum: 40)

Perbaiki niat dan jangan menghalalkan segala cara demi pekerjaan.***

 

Editor: Dea Pitriyani

Tags

Terkini

Terpopuler