Gus Baha: Jangan Sekali-kali Ucapkan Kata ini ketika Hujan, Nanti Allah Tersinggung

14 November 2021, 15:10 WIB
Gus Baha: Jangan Sekali-kali Ucapkan Kata Ini ketika Hujan, Nanti Allah Tersinggung./ /Tangkapan layar Youtube.com / Najwa Syihab

MANTRA SUKABUMI - Dalam kajiannya Gus Baha menjelaskan tersinggung nya Allah saat kamu mengucapkan kata ini ketika hujan.

Jangan pernah mengucapkan kata-kata ini saat hujan, nanti Allah tersinggung, disampaikan Gus Baha dalam satu ceramahnya.

Gus Baha menegaskan dalam satu ceramahnya bahwa hal yang tidak pantas kita ucapkan yang dapat menyinggung Allah saat hujan turun.

Baca Juga: Survei SnapCart Membuktikan: Ini E-Commerce Terbaik Indonesia Tahun 2021

Saat hujan turun, janganlah kamu mengucapkan kata ini karena bisa menyinggung Allah disampaikan Gus Baha dalam Ceramahnya.

Tapi tiap kali hujan turun, kamu selalu mengatakan "pantas hujan, tadi sudah mendung," itu allah tersinggung, karena kamu menganggap hujan turun itu karena mendung bukan karena allah. Dikutip Mantrasukabumi.com dari akun YouTube Santri kalongvoada Minggu, 14 November 2021.

Daerah sarang (rembang) itu pernah kekeringan, ketika sholat istisqa' pada saat itu orang-orang membawa kambing, sapi.

Tiba-tiba setelah sholat istisqa' hujan, tapi saya suka dengan sikap sang kiai.

Saat hujan turun kiai itu berkata, "kalian jangan kepedean, merasa hujan turun berkat kalian, hujan ini turun berkat kambing dan sapi kalian, sebab mereka tidak punya dosa". Itu urusan agama.

Agama itu harus kita turuti apa adanya.

Kita itu dianggap makhluk paling terhormat, tapi nyatanya dalam sholat istisqa' butuh bantuan hewan.

Keterangan dalam kitab-kitab juga disunnahkan membawa hewan.

"Tapi jangan membawa sembarang hewan, bisa berbahaya nanti," kata Gus Baha.

"Nanti hewan-hewan di pasar Ngasem semua kamu bawa, ular cobra, dan sebagainya, malah bahaya." lanjutnya yang di sambut gelak tawa para jamaah.

Hal ini menunjukan karena manusia banyak dosa, makanya di mahsyar tidak ada hewan yang ingin jadi manusia tapi manusia yang ingin menjadi hewan.

Makanya nanti ketika manusia tidak kuat menghadapi hisab, mereka berharap menjadi hewan yang diakhir nasibnya diperintah oleh Allah.

"Sekarang kamu cukup jadi debu" makanya nanti di mahsyar manusia berharap menjadi hewan yang pada akhirnya menjadi debu.

Terkadang kalau urusan ini hewan lebih baik dari manusia.

Sehingga penyebutannya di dahulukan "kalau memandang urusan dosa, hewan lebih baik, tapi kalau dilihat bahwa manusia adalah makhluk terhormat dan lebih baik".

"Dan manusia yang banyak"

"Dan sungguh kami telah mempergilirkan hujan itu diantara mereka agar mereka mengambil pelajaran."

Ingat akan nikmat allah atas turunnya hujan, bahkan kebanyakan manusia mengingkari nikmat itu dengan mengatakan: kami diberi hujan karena posisi bintang yang seperti ini.

"Saya beritahu kalian agar selamat saat bertemu allah, saya jamin bahwa ilmu saya ini original" ungkap Gus Baha.

Allah itu punya kebiasaan dalam istilah Qur'ani memiliki 'sunnah' membuat segala hal memiliki tanda.

Semisal ada mendung tandanya akan hujan, lalu allah juga membuat sistem semisal: sehingga melalui sistem itu, kita tahu musim hujan jatuh di bulan ini, musim kemarau di bulan ini, posisi bintang seperti ini.

Sehingga orang jawa yang bodohpun tahu ini musim hujan, ini musim kemarau.

Kalau ahli astronomi jika matahari disini, maka musim ini, kalau matahari disini saat musim ini, begitupun musim panas, musim gugur dan sebagainya.

Kita tahu kalau itu sunnah Allah dan Allah yang menciptakan.

Tapi tiap kali hujan turun, kamu selalu mengatakan "pantas hujan, tadi sudah mendung," itu allah tersinggung, karena kamu menganggap hujan turun itu karena mendung bukan karena allah.

Repot kan kalau sudah berhadapan dengan Allah, memang sudah begitu, karena Allah ingin manusia punya dua kecerdasan.

Kecerdasan yang dihasilkan oleh nubuwah, yaitu akidah (iman), dan kecerdasan yang diciptakan sains, yakni pengetahuan.

Mengenai hisab dan rukyat yang diperdebatkan NU dan muhammadiyah, itupun sebenarnya unsuran sepele.

Siapa sih yang memungkiri hisab? Hisab itu penjelasan langsung dari Allah.

Baca Juga: Kisah Keliru saat Baca Doa, Gus Baha Keluar dari Rumah

Dan siapa sih yang memungkiri rukyat? Rukyat itu ada dalam hadis sahih, "Jika kamu ragu maka sempurnakan 30 hari"

Menyempurnakan puasa jadi 30 hari itu berdasarkan hisab atau rukyat?

Menyempurnakan puasa itu pakai hisab, "sekarang tanggal 29, saya ingin menyempurnakannya jadi 30".

Jadi Ikmal itu hisab apa rukyat? Jawabannya adalah hisab.

Jadi apa susahnya sih untuk memakai kedua ilmu itu? Tapi sekarang menjadi politik identitas.

Rukyat itu metode Nu, dan Rukyat itu metode Muhhamadiyah.

"Itukan namanya mengajak goblok bareng" kata Gus Baha.

"Makanya susah jadi ulama, karena di ajak goblok oleh orang-orang, sama seperti qunut atau tidak." lanjutnya.

Muhammadiyah itu lahir tahun 1912, sedangkan NU tahun 1926, semua orang tau sebelum itu, yaitu era mazhab.***

Editor: Dea Pitriyani

Tags

Terkini

Terpopuler