Gus Baha Sebut Keliru Jika Ada Orang Sedikit-Sedikit Meniru Rasulullah SAW

2 Desember 2021, 17:02 WIB
Gus Baha beri pesan kepada yang ditakdirkan tidak sholat sunah. /Tangkap layar kanal YouTube/OFFICIAL LP3IA.

 

MANTRA SUKABUMI - Dalam satu ceramahnya Gus Baha menjelaskan tentang orang yang salah kaprah yang sedikit-sedikit meniru Rasulullah SAW

Menurut Gus Baha, kebanyakan umat muslim zaman sekarang suka salah kaprah mengenai sunnah-sunnah Rasulullah SAW

Kemudian mereka kata Gus Baha, suka mewajibkan yang sunnah dan mensunnahkan yang wajib.

Baca Juga: Survei SnapCart Membuktikan: Ini E-Commerce Terbaik Indonesia Tahun 2021

Seperti yang dijelaskan Gus Baha berikut ini mengenai kekeliruan umat Islam dalam meniru Rasulullah SAW

"Untuk menuju jalannya Allah, mau tidak mau kita harus meniru mahluk. Maka keliru jika ada orang yang bilang dikit-dikit ikut Pengeran (Allah), (karena) Pengeran itu tidak makan dan tidak minum," ucap Gus Baha dikutip mantrasukabumi.com dari kanal YouTube Sekolah akhirat pada Kamis, 2 Desember 2021.

Hal itu kata Gus Baha dapat kita cermati dalam surat al-Fatihah pada ayat 7

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ ۙ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

Menurut Gus Baha, lafaz shirothol ladzina an’amta ‘alaihim harusnya diganti dengan lafaz shirotoka yang berarti "jalan Engkau (Allah)", andai orang islam diwajibkan untuk meniru Allah Swt secara langsung.

Akan tetapi Allah Swt memerintahkan kepada kita untuk meniru orang-orang yang saleh.

Karena Allah Swt memiliki sifat yang berbeda dengan mahluk dan tidak boleh ditiru, seperti dalam surat as-Syura ayat 11:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَىءٌ

"Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya (dalam semua hal)".

Gus Baha juga menuturkan bahwa kita sebagai seorang muslim tidak boleh asal berkata "kita ini mengikuti Nabi".

Baca Juga: Gus Baha Jelaskan Ganjaran Amal Terberat, Salah Satunya Memaafkan Keburukan walau Mampu Membalas

Karena Rasulullah SAW itu akan selalu berada dalam kebenaran, tetapi sebuah riwayat yang dinisbatkan kepada beliau belum tentu benar.

Kalaupun memang benar dari Rasulullah SAW, makna yang dipahami seseorang itu belum tentu benar.

"Misalnya kamu bisa meniru Nabi, (dalam) sholat qobliyah-nya, sholat qobliyahnya mengikuti Nabi, cingkrangnya meniru Nabi, (salat) ba’diyahnya meniru Nabi.

Nanti kalau tidak ada riwayat, Nabi itu hidupnya di Makkah dan Madinah, kenapa kamu tidak hidup di Mekkah dan Madinah?” tutur Gus Baha

Oleh sebab itu kata Gus Baha, dalam memahami apa saja yang boleh ditiru Nabi Muhammad saw, dibutuhkan para ulama yang mempunyai kapasitas dalam berijtihad.

"Andaikan sunnah rasul dimaknai secara sepihak, maka harus hidup di Madinah. Maka jika ada orang islam yang tidak pernah ke Madinah, (dia) akan dianggap tidak mengikuti sunnah rasul," jelas Gus baha.***

Editor: Dea Pitriyani

Tags

Terkini

Terpopuler