Hikmah dan Derajat Orang yang Istiqomah Puasa Sunnah

25 Agustus 2020, 09:50 WIB
Ilustrasi Puasa Senin Kamis./pixabay /

  

MANTRA SUKABUMI – Bagi yang beragama Islam, selain melaksanakan puasa wajib di bulan Ramadhan, juga ada puasa sunnah yang waktu dan fadilahnya bermacam-macam.

Ibadah puasa adalah ibadah yang spesial, karena hanya Allah SWT dan dia yang melakukan puasanya yang tahu, hingga Allah SWT memberikan perhatian yang khusus bagi orang yang mengerjakan puasa.

Puasa sunnah yang dikerjakan di luar bulan Ramadhan, banyak macamnya mulai dari puasa sunnah yang putaran tahunan seperti puasa hari Asyura’, puasa putaran bulanan seperti puasa hari-hari putih (ayyam al-baidh), hingga puasa putaran mingguan.

Baca Juga: Terbaik, Anjuran Amalan Rasulullah Perbanyak Puasa di Bulan Muharram

Baca Juga: Amalan Puasa Tasu'a dan Asyura Muharram serta Keutamannya, Bacaan Niat Arab Latin dan Terjemahannya 

Begitu juga dengan derajat pahala dan kemuliaannya, hingga puncak derajat puasa sunnah yang dikagumi oleh Rasulullah SAW, yaitu puasa sunnah Nabi Daus AS.

Kali ini penulis menyajikan ringkasan tentang amalan puasa sunnah, yang dikutip kitab Ihya ‘Ulumuddin karya Imam Ghozali.

1. Antara Rasa Takut dan Penuh Harap dalam Puasa

Hati orang yang berpuasa hendaknya berada dalam situasi antara rasa takut puasanya hanya sekedar menahan rasa lapar dan lelah (sehingga tidak berpahala) dengan penuh harap puasanya diterima Allah SWT.

Karena pada dasarnya maksud dari puasa adalah dapat menahan hawa nafsu.

Puasa tidak hanya sekadar menahan diri dari dorongan rasa lapar dan haus yang dapat hilang saat berbuka, tetapi juga mencegah diri dari berbuat ghibah, namimah ataupun bohong.

Semua jenis perbuatan ini dapat membatalkan (pahala) puasa.

Baca Juga: Dahsyat, Berikut Keistimewaan Surah Alfatihah, Salah Satunya Melunasi Hutang

2. Puasa Sunnah

Ketahuilah bahwa berpuasa dianjurkan pula untuk dilakukan pada hari-hari yang mulia dimana hari-hari mulia tersebut sebagian ada di setiap tahun, sebagian lagi di setiap bulan, dan sebagian lagi ada di setiap minggu.

Di setiap tahun, setelah bulan Ramadhan berlalu, ada hari Arafah, hari Asyura’, sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, sepuluh hari pertama bulam Muharram, dan seluruh bulan Harram.

Rasulullah SAW sendiri memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban, sampai-sampai bulan ini dianggap seperti Ramadhan.

Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik puasa setelah puasa bulan Ramadhan adalah puasa di bulan Muharram.” (HR. Ahmad, al-Musnad:6/80).

Bulan-bulan yang mulia adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, Rajab, Sya’ban, dan Ramadhan. Sedangkan yang termasuk bulan-bulan haram adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Satu menyendiri, yaitu bulan Rajab dan tiga bulan lainnya berurutan.

Sedangkan puasa yang diulang dalam setiap bulan adalah puasa awal, pertengahan, dan akhir bulan. Dan puasa pada ayyam al-baidh (hari-hari putih) yang dimulai dari hari ketiga belas, empat belas, dan lima belas.

Sedangkan puasa yang diulang-ulang setiap minggu adalah puasa hari Senin, Kamis, dan Jum’at.

Baca Juga: Mumpung Masih Ada Waktu, Segera Daftarkan Nama Sebagai BLT Rp600 Ribu, Simak Caranya

Puasa ad-dahr adalah puasa yang meliputi semua hari (puasa selama setahun selain pada hari yang diharamkan). Namun ulama berbeda pendapat mengenai kemakruhannya.

Nabi SAW bersabda, “Sebaik-baik puasa adalah puasanya saudaraku, Nabi Dawud.” (HR. an-Nasa’i, as-Sunan: 4/209).

Mungkin inilah yang dimaksud Rasulullah SAW dalam sabdanya, “Disodorkan kepadaku kunci gudang dunia dan seluruh harta di bumi, namun saya menolaknya. Lalu aku berkata, ‘saya merasa lapar sehari dan kenyang sehari (lebih baik bagiku). Aku bersyukur kepada-Mu saat kenyang dan merendahkan diri kepaa-Mu saat aku lapar.” (HR. at-Tarmidzi, az-Zuhud: 35).

Diriwayatkan bahwa Nabi SAW tidak pernah berpuasa sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan.” (HR. Abu Dawud, bab: Puasa).

Wallahu a’lam. **

 

Editor: Abdullah Mu'min

Tags

Terkini

Terpopuler