Khutbah Jumat 2021 Singkat Padat dan Jelas Tema: Malapetaka itu Bernama Lisan

- 8 Juni 2021, 12:35 WIB
Khutbah Jumat 2021 Singkat Padat dan Jelas Tema: Malapetaka itu Bernama Lisan
Khutbah Jumat 2021 Singkat Padat dan Jelas Tema: Malapetaka itu Bernama Lisan /Pixabay.com/Konevi

MANTRA SUKABUMI - Inilah contoh naskah khutbah Jumat singkat padat dan jelas tentang malapetaka itu bernama lisan.

Tanpa disadari lisan kita sering mengatakan hal yang kurang baik. Dimana sering menimbulkan berbagai macam masalah.

Oleh sebab itu, mari jaga lisan kita agar tetap mengatakan hal-hal yang baik agar tidak menimbulkan malapetaka untuk kita ataupun orang lain.

Baca Juga: Gandeng Shopee, Ridwan Kamil Resmikan Pembangunan Shopee Center Guna Mempercepat UMKM Jabar Go Digital

Baca Juga: Biodata Maria Vania Lengkap 2021, Berikut Agama, Umur, Instagram, Hobi hingga Fakta Menarik

Dilansir mantrasukabumi.com dari uninus Selasa 8 Juni 2021. Berikut ini contoh teks naskah khutbah Jumat singkat padat dan jelas tentang malapetaka itu bernama lisan.

Khutbah Pertama:


اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ مَنْ تَوَكَّلَ عَلَيْهِ بِصِدْقِ نِيَّةٍ كَفَاهُ وَمَنْ تَوَسَّلَ إِلَيْهِ بِاتِّبَاعِ شَرِيْعَتِهِ قَرَّبَهُ وَأَدْنَاهُ وَمَنِ اسْتَنْصَرَهُ عَلَى أَعْدَائِهِ وَحَسَدَتِهِ نَصَرَهُ وَتَوَلاَّهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ حَافَظَ دِيْنَهُ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ أَمَّا بَعْدُ
فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ، خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ، اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ

Tak ada yang sia-sia seluruh yang diciptakan Allah. Kata-kata ini benar karena seluruh keberadaan di jagat ini memiliki maksud dan tujuan, entah diketahui manusia maupun tidak. Termasuk dalam hal ini seluruh anggota badan manusia, seperti mata, hidung, telinga, lisan, kaki, tangan, dan organ-organ luar dan dalam, serta sel-sel yang tak terhitung jumlahnya.

Semua itu merupakan nikmat besar. Nikmat yang tak mungkin bisa dibalas secara sepadan, kecuali sekadar mensyukurinya, baik melalui kata-kata maupun perbuatan.

Bersyukur lewat perkataan bisa dilakukan dengan mengucapkan hamdalah atau kalimat puji-pujian lainnya; sementara bersyukur lewat tindakan akan tercermin dari kualitas perbuatan: apakah sudah baik, bermanfaat, atau sebaliknya?

Jamaah shalat Jumat rahimakumullâh,

Di antara semua anggota badan itu yang paling krusial adalah lisan. Lisan merupakan perangkat di dalam tubuh manusia yang bisa menimbulkan manfaat, namun sekaligus mudharat yang besar bila tak benar penggunaannya.

Karena itu ada pepatah Arab mengatakan, salâmatul insan fî hifdzil lisân (keselamatan seseorang tergantung pada lisannya).

Melalui kata-kata, seseorang bisa menolong orang lain. Dan lewat kata-kata pula seseorang bisa menimbulkan kerugian tak hanya bagi dirinya sendiri tapi juga bagi orang lain.

Karena saking krusialnya, Islam bahkan hanya memberi dua pilihan terkait fungsi lisan: untuk berkata yang baik atau diam saja. Seperti bunyi hadits riwayat Imam al-Bukhari:


وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَــقُلْ خَـيْرًا أَوْ لِيَـصـمُــتْ

Artinya:“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.”

Rasulullah mendahuluinya dengan mengungkapkan keimanan sebelum memperingatkan tentang bagaimana sebaiknya lisan digunakan. Keimanan adalah hal mendasar bagi umat Islam. Ini menunjukkan bahwa urusan lisan bukan urusan main-main.

Hadits di atas bisa dipahami sebaliknya (mafhum mukhalafah) bahwa orang-orang tak bisa berkata baik maka patut dipertanyakan kualitas keimanannya kepada Allah dan hari akhir. Ini menarik karena lisan ternyata berkaitan dengan teologi.

Kenapa dihubungkan dengan keimanan kepada Allah dan hari akhirat? Hal ini tentang pesan bahwa segala ucapan yang keluarkan manusia sejatinya selalu dalam pengawasan Allah. Ucapan itu juga mengandung pertanggungjawaban, bukan hanya di dunia melainkan di akhirat pula.

Orang yang berbicara sembrono, tanpa mempertimbangkan dampak buruknya, mengindikasikan pengabaian terhadap keyakinan bahwa Allah selalu hadir menyaksikan dan hari pembalasan pasti akan datang. Allah juga mengutus malaikat khusus untuk mengawasi setiap ucapan kita.


مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

Artinya:“Tak ada suatu kalimat pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaf :18)

Banyak hal kotor yang dapat muncul dari lisan. Seperti ghibah atau membicarakan keburukan orang lain. Ghibah mungkin bagi sebagian orang asyik sebagai kembang obrolan, namun ia mempertaruhkan reputasi orang lain, memupuk kebencian, serta merusak kepercayaan dan kehormatan orang lain.

Contoh lain adalah fitnah. Yakni, sengaja menebar berita tak benar dengan maksud merugikan pihak yang difitnah. Fitnah umumnya berujung adu domba, hingga pertengkaran bahkan pembunuhan. Sifat ini sangat dibenci Islam. Fitnah masuk dalam kategori kebohongan namun dalam level yang lebih menyakitkan.

Inilah relevansi manusia dikarunia akal sehat, agar ia berpikir terhadap setiap yang ia lakukan atau ucapkan. Berpikir tentang nilai kebaikan dalam kata-kata yang akan kita ucapkan, juga dampak yang bakal timbul setelah ucapan itu dilontarkan.

Ini penting dicatat supaya kesalahan tak berlipat ganda karena lisan manusia yang tak terjaga. Politisi yang sering mengingkari janji itu buruk, tapi akan lebih buruk lagi bila ia juga tak pandai menjaga lisannya. Pejabat yang gemar berbohong itu buruk namun akan lebih buruk lagi bila ia juga pintar berbicara. Dan seterusnya.

Rasulullah bersabda:

Halaman:

Editor: Emis Suhendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x