Isi Kandungan Surat Ali-Imran Ayat 159, Perintah Bermusyawarah

- 14 September 2021, 06:25 WIB
Isi Kandungan Surat Ali-Imran Ayat 159, Perintah Bermusyawarah
Isi Kandungan Surat Ali-Imran Ayat 159, Perintah Bermusyawarah /Pexels/Tayeb MEZAHDIA

MANTRA SUKABUMI - Ayat 159 surat Ali-Imran ini berisi perintah Allah untuk bermusyawarah. Melalui ayat ini Allah menjelaskan kepada kita bahwa sekalipun dalam keadaan genting seperti terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan sebagian kaum muslimin pada peperangan Uhud, sehingga menyebabkan pasukan Nabi Muhammad saw menderita kekalahan, beliau tetap berlaku sabar, tidak marah terhadap pelakunya, bahkan memohonkan ampunan kepada Allah atas kesalahan mereka.

Andai kata Nabi Muhammad saw bersikap kasar dan tidak memaafkan mereka, niscaya mereka akan menjauhkan diri dari beliau dan membenci ajaran agama Islam.

Selain itu, Nabi Muhammad saw. senantiasa mengadakan musyawarah dengan pengikutnya dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi termasuk dalam masalah peperangan.

Baca Juga: Shopee Gandeng Bintang Internasional Jackie Chan dan Joe Taslim di Iklan Shopee 9.9 Terbaru

Oleh karena itu, kaum muslimin selalu taat dan patuh terhadap keputusan yang diambil karena mereka merasa bahwa keputusan itu adalah kesepakatan mereka sendiri bersama Nabi.

Mereka memiliki semangat yang tinggi dan tekad yang bulat dalam memperjuangkan agama Allah tanpa menghiraukan bahaya dan kesulitan yang mereka hadapi sambil senantiasa bertawakkal dan memohon pertolongan Allah. Sikap seperti inilah yang diperintah oleh Allah swt serta akan diberi pahala besar.

Kata musyawarah berasal dari kata syawara شاور yang artinya mengeluarkan madu dari sarang lebah. Arti ini kemudian berkembang, sehingga mencakup segala sesuatu yang dapat diambil/ dikeluarkan dari yang lain (termasuk pendapat).

Kata musyawarah pada dasarnya hanya dipakai untuk hal-hal yang baik, sejalan dengan arti
dasar kata tersebut.

Berikut bacaan Surat Ali Imran ayat 159, lengkap dengan bacaan arab, latin dan artinya :

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ

Fa bimā raḥmatim minallāhi linta lahum, walau kunta faẓẓan galīẓal-qalbi lanfaḍḍụ min ḥaulika fa'fu 'an-hum wastagfir lahum wa syāwir-hum fil-amr, fa iżā 'azamta fa tawakkal 'alallāh, innallāha yuḥibbul-mutawakkilīn

Baca Juga: Isi Kandungan Surat Al-Maidah Ayat 78-80, Ancaman bagi Orang yang Membiarkan Kemungkaran

Terjemahnya : Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

Berdasarkan ayat 159 surat Ali-Imran ini adalah di antara sarana dakwah yang ampuh yang dapat menarik manusia ke dalam agama Allah adalah akhlak mulia, di samping adanya pujian dan pahala yang istimewa bagi pelakunya.

Karena tidak sempurna memenuhi hak, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Hal ini merupakan sikap ihsan. Oleh karena itu, Beliau menggabungkan antara sikap memaafkan dan sikap ihsan. Maksudnya dalam urusan yang butuh adanya musyawarah, pemikiran yang matang dan pandangan yang tajam.

Misalnya dalam urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lain.

Baca Juga: Isi Kandungan Surat Al-Baqarah ayat 164, Tanda-Tanda Kekuasaan Allah

Musyawarah memiliki banyak faedah dan maslahat duniawi maupun agama, antara lain: - Musyawarah termasuk ibadah yang mendekatkan diri seseorang kepada Allah.  

- Di dalamnya terdapat sikap menghargai pendapat orang lain, sehingga mereka menjadi senang kepada kita.
- Dapat menyatukan visi dan misi.
- Menerangi akal-fikiran.
- Menutupi kekurangan yang ada pada orang lain.
- Membuahkan keputusan yang bijak, tepat dan benar.

Hal itu, karena hampir tidak ditemukan ada keputusan yang salah dalam musyawarah. Setelah bermusyawarah. Bersandarlah dengan kemampuan dan kekuatan Allah; tidak mengandalkan kemampuannya.***

Editor: Robi Maulana

Sumber: tafsir web


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah