Gus Baha Ungkap Bahwa Surga dan Neraka itu Hanyalah Sebuah Media

- 28 September 2021, 18:30 WIB
Gus Baha
Gus Baha /Tangkap Layar Youtube Najwa Sihab/Youtube Najwa Sihab



MANTRA SUKABUMI - Gus Baha mengungkapkan bahwa surga dan neraka itu hanyalah sebuah media.

Selain itu, Gus Baha juga ungkap bahwa selayaknya jika seorang hamba itu lebih takut Allah, ketimbang takut neraka-Nya. Karena neraka dan surga hanyalah media, sedangkan tujuannya ialah menggapai ridha Allah SWT.

Berikut penjelasan lengkap Gus Baha yang  mengutip dari pendapat para ahli tafsir Al-Qur'an.

Baca Juga: Shopee Gandeng Bintang Internasional Jackie Chan dan Joe Taslim di Iklan Shopee 9.9 Terbaru

Ahali tafrsir tersebut menyatakan bahwa ayat Al-Qur’an yang mengimbau untuk takut pada neraka (fattaqunnar) ialah untuk posisi orang biasa, sedangkan untuk orang khusus ialah imbauan untuk takut kepada Allah (fattaqullah).

Oleh karena itu, kata Gus Baha beribadahlah layaknya seperti tiga tipe berikut ini.

Dirangkum mantrasukabumi.com dari berbagai sumber pada 28 September 2021. Berikut penjelasan Gus Baha tentang tiga tipe ibadah kepada Allah SWT.

Pertama, beribadah layaknya seorang pedagang (‘ibadatut tujjar).

Orang yang demikian jika beribadah selalu memperhitungkan laba dan rugi.

Misalnya ialah beribadah karena akan mendapatkan surga atau karena takut neraka.

Kedua, beribadah layaknya seorang budak (‘ibadatul ‘abid). Karena mentalnya budak, karena mentalnya buruh, maka disuruh ibadah apa pun ia akan mengikuti karena takut kepada majikannya.

Sedangkan ketiga, beribadah sebagai orang yang bebas (‘ibadatul ahrar).

Orang yang merdeka ketika beribadah maka sesuai dengan kebenaran yang ada, ia juga mampu melihat adanya kebenaran pada Tuhan yang ia sembah.

Baca Juga: Gus Baha Sentil orang yang Beribadah karena Ingin Surga dan Takut Neraka, Begini Alasannya

Sehingga ibadahnya bukan karena adanya tekanan semata, tetapi lebih sebagai bentuk pengakuan kelemahannya dan pengakuan atas kekuasaan Allah SWT.

Selaras dengan uraian di atas, terdapat pernyataan Ibn Hazm yang menyatakan bahwa beliau merasa malu jika menyembah Allah layaknya seorang budak ataupun pekerja.

Pernyataan tersebut diabadikan juga oleh Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumiddin.

إِنِّى لَأَسْتَحْيِي أَنْ أَعْبُدَهُ لِلثَّوَابِ وَالْعِقَابِ، فَأَكُوْن كَالْعَبْدِ السّوْءِ إِنْ لَمْ يَخَفْ لَمْ يَعْمَلْ وَكَالْأَجِيْرِ السّوْءِ إِنْ لَمْ يُعْطَ لَمْ يَعْمَلْ

“Sesungguhnya aku malu kala menyembah-Nya hanya karena pahala dan siksa. Sehingga aku layaknya budak yang buruk, yang jika tidak karena rasa takut maka ia tidak bekerja, dan layaknya pekerja yang buruk, yang jika tidak diberikan bayaran maka ia tidak bekerja”.***

Editor: Ridho Nur Hidayatulloh


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah