Jangan Cantumkan Nama Allah atas Kesalahan Orang lain, Gus Baha: Maka Matinya Su’ul Khotimah

- 20 Oktober 2021, 11:04 WIB
Jangan Cantumkan Nama Allah atas Kesalahan Orang lain, Gus Baha: Maka Matinya Su’ul Khotimah
Jangan Cantumkan Nama Allah atas Kesalahan Orang lain, Gus Baha: Maka Matinya Su’ul Khotimah /Tangkap layar/Instagram @Santrimilenialid

MANTRA SUKABUMI - Gus Baha dalam sebuah pengajian berpesan jangan cantumkan nama Allah atas kesalahan orang lain.

Simak penjelasan lengkap Gus Baha dalam artikel ini tentang menghimbau agar berhati-hati jangan sampai sembarangan memvonis dengan mencatat nama Allah atas kesalahan orang lain.

Berikut penjelasan Gus Baha, seperti dilansir mantrasukabumi.com dari video kanal Youtube Kajian Cerdas Official pada 24 Agustus 2021.

Baca Juga: Review Spesifikasi HP OPPO Reno6 yang Dibekali Chipset Snapdragon 720G, RAM 8GB dan Lancar untuk Gaming Ringan

Wahsyi adalah orang yang membunuh Hamzah (Paman Nabi). Dia, secara dhohir, adalah orang yang didoakan buruk oleh Nabi.

Singkat cerita, karena Nabi, nyuwun sewu (permisi/mohon maaf), sering mendoakan buruk sebelum ada larangan mendoakan buruk, lalu ayat (Ali ‘Imran: 128) turun:

لَيْسَ لَكَ مِنَ ٱلْأَمْرِ شَىْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَٰلِمُونَ

“Muhammad, kamu memang kekasihku, tapi jika kamu mengintervensi-Ku maka tidak bisa. Aku tetaplah Tuhan. Tapi, soal keputusan itu hak-Ku. Aku ini ya mengampuni dan menyiksa.”

Beneran, Wahsyi yang paling fatal salahnya malah diberi hidayah. Sedangkan Tsa’labah paling rajin ke masjid, tidak pernah tidak sholat di shaf awal. Sampai-sampai dijuluki Hamamatul Masjid alias Merpatinya Masjid.

Akhirnya apa? Dia su’ul khotimah. Itu saja dia masih ditunggui Kanjeng Nabi.

Semenjak itu Nabi tidak pernah mendoakan buruk karena ada ayat (ke-128 dalam Surat Ali ‘Imran).

Kita kan tidak pernah tahu tentang Allah, tapi yang jelas “سمى نفسه غفورا”, yakni Allah menamakan dirinya sebagai Ghofuur (Maha Pengampun).

Dan dalam syariat-Nya, siapapun itu, seburuk apapun dia, ada kemungkinan dia taubat sebelum mati, dan sebaik apapaun kita pun ada kemungkinan untuk su’ul khotimah.

Apalagi cuma buronan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Kamu tidak boleh mengecap, kalau gemes ya gemes saja karena memang koruptor.

Kamu miskin sudah lama. Daripada diamuk istri karena tidak punya warisan mending kelihatannya dimiskinkan koruptor.

Baca Juga: Cara Tanam Tanaman Hias Begonia dengan Media Pasir Malang yang akan Percantik Rumah

Kan kita butuh penjelasan tentang kemelaratan (kemiskinan) kita. Hehehe

Dibanding kamu disebut miskin karena tidak bisa bekerja, akhirnya kamu lebih baik mengatakan: “Gara-gara koruptor, akhirnya kita miskin!!”

Padahal sebelum ada koruptor, kita sudah miskin. Hehehe

Tapi, kita butuh penjelasan konkret, supaya kemiskinan kita bukan kita yang salah. Akhirnya menyalahkan koruptor.

Sebenarnya tidak ada pengaruhnya. Orang kaya juga masih banyak, padahal koruptor juga banyak. Kenyataannya yang kaya tetap banyak.***

Editor: Emis Suhendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah