Bolehkah Dokter Sembuhkan Penyakit Koruptor? Begini Hukumnya Menurut Gus Baha

- 9 November 2021, 15:40 WIB
Bolehkah Dokter Sembuhkan Penyakit Koruptor? Begini Hukumnya Menurut Gus Baha./*
Bolehkah Dokter Sembuhkan Penyakit Koruptor? Begini Hukumnya Menurut Gus Baha./* /Tangkap layar YouTube.com/Najwa Shihab

MANTRA SUKABUMI – Gus Baha jelaskan hukum dokter yang sembuhkan penyakit koruptor, sebagaimana biasa pencuri uang rakyat tersebut juga bisa jatuh sakit.

Ini merupakan kesempatan yang dilematis bagi dokter, di satu sisi harus selalu siap membantu orang lain yang sedang sakit.

Namun dokter juga memiliki simpati terhadap negara dan bangsa yang selalu rugi, karena uangnya dicuri oleh koruptor.

Baca Juga: Duel Sengit 2021, Tokopedia vs Shopee: Mana Jawara Marketplace Sesungguhnya?

Menghadapi situasi tersebut, Gus Baha memberikan penjelasan yang sangat terang mengenai dokter yang mengobati koruptor.

“Misalnya kita jadi dokter..,” kata Gus Baha seperti dikutip mantrasukabumi.com dari video yang diunggah di kanal YouTube Sahabat Orchid TV pada 29 Oktober 2021.

“Terus mengobati orang yang berpotensi mencuri uang rakyat (korupsi) lagi potensi jahat lagi, bagaimana hukumnya?,” ujar Gus Baha.

Hukumnya menurut Gus Baha sama halnya dengan bila persoalannya dibalik, jika koruptor tersebut tersentuh hatinya.

Lalu koruptor tersebut bertaubat, berjanji tidak mengulangi kembali perbuatannya. Tentu ini menjadi berkah tersendiri juga.

Tetapi tetap saja, kondisi baik tersebut tidak memiliki jaminan selamanya karena ada banyak juga kesempatan mengulangi kembali.

Baca Juga: Gus Baha Bahas Hukum Dokter Sembuhkan Orang Berpotensi Jahat Seperti Koruptor

Menurut Gus Baha, itulah batasan ilmu sosial yang tidak jelas, seperti siklus yang tidak pernah berhenti.

“Itu siklus sosial tidak pernah selesai, nah hal-hal seperti itu yang kata Nabi SAW disebut orang yang berijtihad,” terang Gus Baha.

Orang yang melakukan ijtihad tersebut bila benar pahalanya dua, sedangkan jika salah maka ganjarannya satu.

Namun Gus Baha mengingatkan kembali bahwa hal tersebut ada di ranah ilmu sosial saja dan bukan pada tauhid atau aqidah.

Jika pada pembahasan ilmu tauhid atau aqidah, maka Gus Baha mengatakan bahwa hal terpenting adalah loyalitas.

“Nah beragama itu seperti itu imtitsalul awamir itu loyal kepada perintahnya Allah SWT baik saat tahu alasan atau tidak,” tutur Gus Baha.***

Editor: Indira Murti


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah