Menganjurkan untuk suami menjaga istrinya masing-masing dan memegang tangannya, padahal ada problem jelas dalam mazhab syaf'i yang melarang bersentuhan.
Gus Baha lalu menyebut banyak kiai yang 'nakal' dengan mengatakan 'khusus' dalam masalah towaf pada saat ibadah haji maka tidak mengapa, ini suatu keanehan.
Ada juga yang mengatakan bahwa pada kesempatan haji maka yang bermazhab syaf'i intiqol (berpindah) dahulu, untuk towaf saja dan bila pulang ke Indonesia kembali ulang.
Gus Baha lalu menganjurkan agar jama'ah yang bermazhab syaf'i tidak terlalu membenci yang berbeda aliran karena bisa jadi ketika towaf saat haji sesuai caranya.
"Makanya mengkaji ilmu yang luas, seperti saya menjadi orang alim yang keren, maksudnya itu melihat mazhab itu tidak kebingungan, entah karena terlalu alimnya atau keras kepalanya," ujar Gus Baha seraya diikuti tawa jama'ahnya.
Gus Baha mengungkapkan bahwa dirinya juga sempat digojlok oleh beberapa teman kiai yang mengatakannya tidak jelas karena baginya semua sah-sah saja.
Lalu Gus Baha menjelaskan bahwa menjadi orang alim memang bisa merasa bingung sendiri, misalnya ketika fanatik mengambil pendapat menyentuh istri batal.
Lalu saat haji dan umrah menyarankan agar menjaga dan memegang istrinya masing-masing. Tetapi menurut Gus Baha mazhab syaf'i secara logika bisa diterima.***