Gus Baha Bagikan Ijazah agar Mati Bahagia Saat Banyak Dosa, Lakukan Hal ini

- 1 Desember 2021, 11:25 WIB
Gus Baha jelaskan alasan mengapa Nabi Muhammad tak wariskan hartanya.
Gus Baha jelaskan alasan mengapa Nabi Muhammad tak wariskan hartanya. /Tangkapan layar YouTube Official Menara Kudus

MANTRA SUKABUMI - Dalam satu ceramahnya Gus Baha bagikan ijazah mati bahagia saat banyak dosa.

Menurut Gus Baha, mati bahagia saat banyak dosa itu gampang, asalkan mau melakukan hal ini.

Kemudian Gus Baha mengatakan bahwa ketika ada yang nakal, beliau ijazahi itu, karena ini merupakan doa yang diajarkan Nabi.

Baca Juga: Gus Baha Ungkap Maksiat Bisa ditulis Menjadi Pahala oleh Malaikat, Asalkan Seperti ini

Lantas apa ijazah yang dibagikan Gus Baha sehingga bisa mati dalam keadaan bahagia meski banyak dosa yang kita lakukan?

Berikut merupakan penjelasan Gus Baha mengenai hal tersebut.

"Sampeyan saya ajari caranya (mati bahagia). Sampeyan kan biasanya bilang begini: "Ya kalau njenengan, Gus, kalau saya kan masih banyak dosa." kata Gus Baha dikutip mantrasukabumi.com dari kanal YouTube Nu online pada Rabu, 1 Desember 2021.

Menurut Gus Baha pasti alasannya begitu, tidak usahlah dosamu kau ceritakan, dari wajahmu saja sudah kelihatan, tidak usah di ulang-ulang.

Kemudian Gus Baha mengajari, ketika dosanya banyak tetap bahagia:

"Gusti, kalau memang Engkau menakdirkan saya nakal, itu kan kuncinya cuma satu: saya nakal hanya ketika hidup.

Jika sudah mati kan sudah selesai nakal saya, jadi jika saya mati itu adalah akhir keburukan saya.

Dan saya bahagia karena kematian itu adalah hari terakhir dari segala keburukan saya." jelas Gus Baha.

Baca Juga: 1 Amalan ini Pahalanya Setara dengan Seorang Wali Besar, Gus Baha: Bukan Hamdalah atau Istighfar

Gus Baha sudah, ijazahi yang nakal-nakal, ini musalsal, tidak main-main.

"Saya ini ulama, kalau fatwa nggak main-main, fatwa itu nggak main-main, saya kalau guyon, ya guyon, kalau fatwa, ya fatwa. Itu sah, karena Nabi mengajarkan doa" tutur Gus Baha.

اللَّهُمَّ اجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِى فِى كُلِّ خَيْرٍ وَالْمَوْتَ رَاحَةً لِى مِنْ كُلِّ شَرٍّ

"Ya Allah, kalau saya masih hidup jadikanlah kehidupan saya sebagai ziyadah/deposit tambahan dari segala kebaikan, dan kalau mati, berarti akhir dari segala keburukan."

"Jadi misalnya saya, saya pun ulama juga punya kesalahan, apalagi kalian.

Anggap saja kematian itu hanya akhir dari segala kesalahan, misalnya Izrail datang menemui saya: "Ha', waktunya mati." ucap Gus Baha menjelaskan.

Oleh sebab itu kata Gus Baha, jangan bilang mati lah, tapi akhir dari segala keburukan.

"Kan damai, beneran lho, misalkan: Izrail tolong saksikan bahwa saya sudah nggak bisa mencuri, nggak bisa selingkuh, ini terakhir." pungkas Gus Baha.

lalu Gus Bahq menyarankan agar menghitungnya jangan nggak bisa apa-apa, tapi nggak bisa lagi berbuat keburukan.

Baca Juga: Kisahkan Ibadah Haji yang Unik, Gus Baha: Dasar Orang Indonesia

"Jika tidak bisa berbuat buruk lagi, hanya diminta menyebut: "Allah, Allah" saja. Sudah, masuk surga itu." kata Gus Baha.

Oleh karena itu kata Gus Baha soal masuk neraka seratus tahun itu enteng, dibanding di surga selamanya.

100 tahun di neraka dibandingkan dengan surga selamanya hanya nol nol koma nol sekian dan itu masih enteng.

"Kau mau surga apa neraka? Kalau ingin surga, ya kelakuanmu jangan seperti itulah, paham ya?" pungkasnya.***

Editor: Robi Maulana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah