Bukan Harta Melimpah dan Jabatan Tinggi, Gus Baha Sebut Nikmat Paling Besar Adalah Bisa Makan

- 10 Desember 2021, 16:40 WIB
Gus Baha mengungkap mengapa Nabi Adam bisa sampai terkena tipu daya iblis dan memakan buah khuldi.
Gus Baha mengungkap mengapa Nabi Adam bisa sampai terkena tipu daya iblis dan memakan buah khuldi. /Tangkap layar kanal YouTube/Najwa Shihab

MANTRA SUKABUMI - Ternyata bukan harta melimpah, bukan pula jabatan yang tinggi yang menjadi kenikmatan, Gus Baha jelaskan alasannya.

Dalam salah satu ceramahnya, Gus Baha menyebut nikmat yang paling besar di dunia yaitu masih bisa makan.

Gus Baha mencontohkan dengan dirinya, sebagai ulama memungkinkan dirinya disebut mulya karena memiliki banyak ilmu, dan tentu banyak yang menghormati.

Baca Juga: Shopee 12.12 Birthday Sale TV Show Hadirkan TOMORROW X TOGETHER, Al & Andin, dan Deretan Bintang Dangdut

Gus Baha menyebut dirinya bodoh, jika dirinya berpikir bahwa penghormatan dan pujian terhadap dirinya adalah sebuah kenikmatan.

"Misalnya kalau dibilang orang mulya, ada yang nyucuk ada yang husnudzan ada yang hormat, itu bodoh sekali kalau saya menikmati itu," ujar Gus Baha, seperti dikutip mantrasukabumi.com dari instagram @gusbahaofficial pada Jumat, 10 Desember 2021.

Menurutnya, paling tinggi nikmat dihormati orang lain itu apa?, tidak ada. Tapi, jika nikmat bisa makan, maka nyawa bisa terselamatkan.

"Paling tinggi nikmatnya dihormati itu apa? Tapi kalau nikmatnya bisa makan, saat itu adalah nyawa," sambungnya.

Ulama asal Jawa Tengah itu juga mengatakan menjadi presiden memang sebuah prestasi, jika tidak jadi presiden pun SBY maupun Gusdur akan tetap makan.

Ia menuturkan prestasi tertinggi ialah bisa makan, untuk menjaga nyawa, apalagi kalau sudah sakit, nikmat makan akan hilang.

Baca Juga: Gus Baha: Meski Sudah Akad dan Resmi Jadi Suami Istri, Pernikahan Tetap Tidak Halal, Kenapa? ini Penjelasannya

"SBY, Gusdur jadi presiden prestasi, tapi seumpama tidak jadi presiden tetep makan, prestasi tertinggi adalah bisa makan, untuk menjaga nyawa" sambungnya.

Ia pun menceritakan sayyidina Umar Bin Khattab yang mengatakan nikmat tertingginya bukan saat menjadi khalifah.

Kenikmatan tertingginya adalah saat bisa makan, karena kalau tidak bisa makan maka bisa mati.

"Makanya Sayyidina Umar mengingatkan, sebetulnya nikmat tertinggi saya bukan saat saya jadi khalifah, saat itu aku bisa makan, kalo gak saya mati," lanjutnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, ketika orang menghitung nikmat yang besar-besar, harta yang banyak, prestasi yang tinggi maka jadi angkuh.

"Kita kan jadi angkuh karena ngitung nikmat yang besar-besar, punya prestasi, kalau saya nggak, ngitung nikmat bisa makan, setelah makan gak mati, kan mudah," lanjutnya.

Namun, bagi Gus Baha menghitung bisa makan saja sudah jadi nikmat tertinggi karena berkat makan masih bisa hidup.

Kesederhanaan dalam menilai nikmat Allah membuatnya tidak mudah kecewa, karena tarifnya minimalis.

"Sehingga saya tidak mudah kecewa karena tarifnya minimalis jadi ga gampang kecewa," sambungnya.***

Editor: Indira Murti


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah