Kisah Umar bin Khatab dalam Menghadapi Wabah Penyakit Menular

- 21 Mei 2020, 10:00 WIB
ILUSTRASI,
ILUSTRASI, /NU ONLIE/.*/NU Online/Foto: via reviversgalleria.com

MANTRA SUKABUMI – Wabah penyakit menular virus Corona yang saat ini tengah melanda tentu dapat diatasi melalui ikhtiar. Pengobatan medis adalah ikhtiar lahir yang wajid dilakukan manusia.

Selain itu, upaya pencegahan pun bagian dari ikhtiar lahir yang harus dilakukan agar wabah penyakit menular cepat mereda.

Selain ikhtiar lahir, bentuk ikhtiar batin pun juga penting untuk dilakukan, sebab peristiwa yang terjadi di dunia ini sudah tentu ada campur tangan Allah subhanahu wata’ala.

Baca Juga: Kabar Baik Berkumur dengan Air Garam Efektif Ampuh Atasi Pasien Terinfeksi Covid-19

Artinya, dalam setiap menghadapi peristiwa yang terjadi di dunia seperti wabah penyakit menular harus selaras dalam penanganannya anatara ikhtiar lahir dan batin.

Mengutip dari laman NU Online, Pentingnya menghadirkan nama Allah SWT dalam setiap upaya atau ikhtiar lahir dalam menghadapi suatu musibah seperti wabah penyakit menular saat ini.

Sebagai contoh, kita semua dapat merenungi kisah yang pernah terjadi pada zaman kekhalifahan Umar bin Khattab. Di mana pada zaman pemerintahan beliau pernah terjadi wabah yang bermula di daerah Awamas, sebuah kota sebelah barat Yerussalem, Palestina.

Baca Juga: Khaulah binti Tsa'labah Protes dan Debat dengan Rasulallah ﷺ Namun Dibela Allah 

Muhammad Husein Haekal dalam buku ‘Umar bin Khattab’ menjelaskan, kala itu wabah menyebar hingga ke Syam (Suriah) bahkan ke Irak. Diperkirakan kejadian wabah ini terjadi pada akhir 17 Hijriah dan memicu kepanikan massal saat itu.

Sayidina Umar dan pasukannya disarankan untuk tidak meneruskan perjalanan mereka. Namun, salah seorang sahabat mengatakan, “apakah lantas dia sebagai pemimpin lari dari takdir Allah?”

Umar menanggapi bahwa dirinya dan pasukannya lari dari takdir Allah yang satu (buruk) ke takdir Allah yang lain (baik).

Baca Juga: Viral Akibat PHK Sopir Bus Nekat Mudik Jalan Kaki dari Jakarta ke Kampung Halamannya di Solo

Seketika, sahabat Abdurrahman bin ‘Auf memperkuat Khalifah Umar mengenai sabda Nabi Muhammad SAW yang pernah mengatakan: “Apabila kalian mendengar wabah tha’un melanda suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Adapun apabila penyakit itu melanda suatu negeri sedang kalian-kalian di dalamnya, maka janganlah kalian lari keluar dari negeri itu.” (Muttafaqun ‘alaihi, HR. Bukhari dan Muslim).

Pada akhirnya wabah tersebut berhenti ketika sahabat Amr bin Ash ra memimpin Syam. Dengan izin Allah SWT dan kecerdasannya, Amr bin Ash mampu menyelamatkan Syam dari wabah tersebut.

Amr bin Ash berkata: “Wahai sekalian manusia, penyakit ini menyebar layaknya kobaran api. Maka hendaklah berlindung dari penyakit ini ke bukit-bukit!”

Baca Juga: Menag RI: Kasus Positif Covid-19 Dapat Alami Lonjakan Jika Salat 'Id Digelar di Luar Rumah

Saat itu seluruh warga mengikuti anjurannya. Amr bin Ash dan para pengungsi terus bertahan di dataran-dataran tinggi hingga sebaran wabah Amawas mereda dan hilang sama sekali.

Dari kisah di atas dapat dismpulkan bahwa, dalam menghadapi suatu peristiwa seperti mewabahnya penyakit menular harus disikapi tidak hanya dengan satu persepsi saja.

Dalam menyikapi adanya wabah penyakit menular harus tetap menjalankan ikhtiar lahir dan juga ikhtiar batin, karena sangat penting berdoa memhon ridho dari Allah agar wabah penyakit menular yang melanda segera diangkat kembali, dan kehidupan pun kembali normal seperti sedia kala. ** (Fathoni Ahmad/NU Online)

Editor: Encep Faiz

Sumber: Instagram NU Online @nuonline_id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah