“Kotoran onta menunjukkan ada ontanya. Jejak langkah menunjukkan ada yang lewat. Langit yang memiliki gugus bintang. Bumi memiliki jalan-jalan. Serta samudera dengan ombaknya. Bukankah itu semua sebagai tanda adanya Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”?
Di antara bentuk syukur kita kepada Allah adalah kita menggunakan mata kita untuk beribadah kepada Allah. Merenungkan dosa-dosa kita. Dengan cara menangis dengan kedua mat akita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَيْنَانِ لاَ تَمَسُّهُمَا النَّارُ عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ
“Dua mata yang tidak akan tersentuh oleh api neraka yaitu mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang bermalam (begadang) untuk berjaga-jaga (dari serangan musuh) ketika berperang di jalan Allah.” [HR. Tirmidzi].
Oleh karenanya seseorang hendaknya menggunakan kedua matanya untuk bertakwa kepada Allah dan bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena nikmat mata ini akan dimintai pertanggung-jawaban oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًا
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” [Quran Al-Isra: 36]
أَقُوْلُ هَذَا القَوْلِ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.