Apa Sajakah Syarat Masuk Surga dalam Islam? Simak dan Lakukan 6 Amalan Ini

- 1 Juni 2022, 17:50 WIB
Inilah amalan yang harus dilakukan yang menjadi syarat masuknya ke dalam surga menurut syariat islam
Inilah amalan yang harus dilakukan yang menjadi syarat masuknya ke dalam surga menurut syariat islam /Pixabay/Konevi

MANTRA SUKABUMI - Surga dalam Islam adalah tempat kesenangan, tempat terindah di akhirat kelak untuk umat islam yang beriman dan taat kepada Allah.

Seluruh umat islam pasti meinginginkan masuk surga atau tempat kesenangan yang Allah karuniakan di akhirat kelak. dan ada amalan-amalan tertentu sebagai syarat untuk masuk surga.

Kita harus selalu beriman dan taat kepada Allah, juga melakukan kebaikan-kebaikan jika ingin masuk surga. Ada 6 amalan sebagai syarat untuk masuk surga dalam Islam.

Baca Juga: 5 Amalan dalam Ibadah Haji yang Gambarkan Keikhlasan pada Allah SWT, Sembelih Hewan Qurban Salah Satunya

Syarat apa sajakah atau amalan-amalan apa yang harus dilakukan untuk masuk surga dalam Islam?

Dikutip mantrasukabumi.com dari laman ngaji.id pada Rabu 1 Juni 2022, berikut 6 amalan sebagai syarat masuk surga dalam Islam

1. Jujur

Rasulullah Saw bersabda:

اصْدُقُوا إِذَا حَدَّثْتُمْ

“Hendaknya kalian jujur tatkala kalian berbicara.”

Hal ini benar-benar menunjukkan akan pentingnya kita selalu menjaga diri untuk bisa jujur dalam berkata dan juga berusaha untuk senantiasa bersama dengan rombongan orang-orang yang jujur. Allah Swt berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

“Wahai orang-orang yang beriman, hendaknya kalian bertakwa kepada Allah, dan hendaknya kalian bersama dengan orang-orang yang jujur.” (QS. At-Taubah[9]: 119)

Oleh karena itu, rombongan orang-orang yang jujur maka perjalanan mereka pasti menuju surga. Adapun rombongan orang-orang yang dusta, maka perjalanan mereka ujung-ujungnya akan masuk ke dalam api neraka.

2. Menunaikan Janji

Rasulullah Saw bersabda:

وَأَوْفُوا إِذَا وَعَدْتُمْ

“Hendaknya kalian menunaikan janji jika telah membuat perjanjian.”

Sesungguhnya menunaikan janji itu merupakan salah satu sifat/ ciri dari orang-orang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt.

Namanya orang beriman itu tidak akan menyelisihi janji. Apalagi sampai membatalkan janji. Ketika sudah berjanji, maka tidak akan dia selisihi. Dan kalau sudah berjanji, tidak akan dia batalkan. Hal ini karena menyelisihi apalagi membatalkan janji merupakan sifat-sifat orang munafik, bukan sifat-sifat orang beriman. Rasulullah Saw bersabda:

آيَةُ المُنافِقِ ثَلاثٌ: إذا حَدَّثَ كَذَبَ، وإذا وعَدَ أخْلَفَ، وإذا اؤْتُمِنَ خانَ

“Tanda-tanda orang munafik ada tiga; jika dia berkata dia berdusta, dan jika berjanji dia menyelisihi, dan jika diberi amanah berkhianat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Orang mukmin tidak akan menyelisihi janji, yang menyelisihi janji adalah orang-orang munafik.

Menunaikan janji merupakan sifat yang sangat pokok dalam masyarakat Islam. Kita ketahui bahwasanya hubungan kemasyarakatan itu dibangun di atas perjanjian, dibangun di atas transaksi, dalam jual beli, banyak sekali perkara-perkara di masyarakat yang dibangun di atas perjanjian, di atas akad dan transaksi. Hal ini sangat dibutuhkan adanya penunaian dalam melaksanakan janji-janji tersebut.

3. Menunaikan Amanah

Nabi Saw bersabda:

وَأَدُّوا إِذَا اؤْتُمِنْتُمْ

“Menjaga amanah.”

Menjaga amanah merupakan sifat/ akhlak yang paling mulia. Sampai-sampai Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji orang-orang yang melaksanakan amanah. Kata Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ

“Yaitu orang-orang yang mereka menunaikan amanah-amanah mereka…” (QS. Al-Mu’minun[23]: 8)

Karena dengan amanah maka agama ini bisa terjaga, orang-orang bisa terjaga, harga diri dan martabat manusia bisa terjaga, arwah atau ruh orang bisa terjaga, nyawa bisa terjaga, bahkan dengan amanah ilmu juga bisa terjaga.

Kalau kita perhatikan, jika seseorang sudah tidak amanah, maka orang tersebut akan bertindak semaunya. Hal ini karena dia tidak amanah, tidak peduli dengan apa yang dia lakukan. Dia tidak peduli jika dia merusak agama ini, dia tidak peduli tatkala dia merugikan harta orang lain. Tatkala dia menjatuhkan harkat dan martabat orang lain dia tidak peduli, ngomong seenaknya. Demikian juga orang yang tidak punya amanah, jika bicara tentang ilmu maka dia tidak peduli dengan apa yang keluar dari mulutnya.

Baca Juga: Amalan Surat Al Fatihah dari Gus Miek, Segala Hajat Dipenuhi hingga Kebahagiaan Menghampiri

4. Menjaga Kemaluan

Perkara yang ke-4 ini adalah perkara yang sangat penting, yaitu hendaknya kita menjaga kemaluan. Jangan sampai kita terjerumus dalam perbuatan keji dan kemaksiatan yang berkaitan dengan kemaluan. Oleh karena itu Allah Swt berfirman dalam Alquran:

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

“Janganlah kalian mendekati -bukan jangan mengerjakan- zina, sesungguhnya zina itu merupakan pekerjaan yang sangat keji dan jalan yang sangat buruk.” (Al-Isra'[17]: 32)

Allah Swt memuji orang-orang yang bisa menjaga kemaluan mereka, kata Allah Swt:

وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ ‎﴿٥﴾‏ إِلَّا عَلَىٰ أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ ‎﴿٦﴾‏ فَمَنِ ابْتَغَىٰ وَرَاءَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْعَادُونَ ‎﴿٧﴾‏

“Yaitu orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali kepada isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Adapun orang-orang yang menghendaki di balik itu (ingin memuaskan nafsunya kepada istri-istri mereka), maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-Mu’minun[23]: 5-7)

5. Menundukkan Pandangan

Hendaknya kalian menundukkan pandangan kalian (dari melihat perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah Swt). Allah Swt telah menyampaikan hal ini dalam Alquran, kata Allah Swt:

قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ

“Katakanlah kepada orang-orang mukmin agar mereka menundukkan pandangan-pandangan mereka dan untuk menjaga kemaluan-kemaluan mereka. Karena tindakan mereka itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Mengetahui apa yang telah mereka lakukan.” (QS. An-Nur[24]: 30)

Demikian juga firman-Nya:

ارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ…

“Dan katakanlah juga kepada wanita-wanita mukminah untuk menundukkan pandangan mereka dan untuk menjaga kemaluan mereka…” (QS. An-Nur[24]: 31)

Sesungguhnya ghadhul bashar (menundukkan pandangan) akan memberikan faedah yang sangat banyak. Di antaranya, orang yang menjaga pandangannya akan mendapatkan nikmatnya iman, hatinya suci. Berbeda dengan orang yang mengumbar pandangannya. Dia akan kehilangan nikmat iman, hatinya penuh dengan kegelisahan.

Kemudian orang yang menjaga pandangannya akan bisa menjaga dirinya untuk tidak ingin melihat hal-hal yang Allah Subhanahu wa Ta’ala haramkan. Adapun orang yang mengumbar pandangannya, maka dia selalu ingin terus melihat hal-hal yang Allah Subhanahu wa Ta’ala haramkan. Ingin melihat yang lebih dan dia akan kehilangan manisnya iman.

Adapun makna dari firman Allah Swt: “Katakanlah bagi orang-orang mukmin untuk menundukkan pandangan-pandangan mereka,” yaitu menjaga diri mereka dari memandang hal-hal yang Allah Swt haramkan. Tidak boleh memandang aurat-aurat dari wanita-wanita yang bukan mahram. Karena Allah Swt tidak membolehkannya.

Bahkan kita tidak boleh melihat anak laki-laki yang sangat tampan yang terkadang bisa menggerakkan syahwat. Ini semua dalam rangka untuk menjaga diri kita agar tidak terjerumus dalam perbuatan yang keji, yaitu zina.

Oleh karenanya Allah Swt mengatakan bahwa menjaga pandangan ini lebih bersih/suci bagi mereka.

6. Tahanlah Tangan-Tangan Kalian

Maksud dari “tahanlah tangan-tangan kalian” yaitu jangan sampai kalian mengganggu manusia. Kita tahu bahwasanya orang yang mengganggu dan menyulitkan manusia yang lain, Allah Swt membencinya. Dan Allah Swt akan murka kepada mereka. Bahkan bukan hanya dimurkai oleh Allah Swt, masyarakat pun benci dengan orang yang mengganggu. Kalau ada orang yang meresahkan dan mengganggu masyarakat, maka masyarakat akan benci sama dia.

Keburukannya ini menunjukkan bahwasanya dia memang buruk dan akhlaknya sangat jelek, serta otaknya yang tidak beres. Adapun orang yang berbuat baik kepada masyarakat, ini menunjukkan bahwasanya otaknya itu benar, cerdas dan akhlaknya yang mulia.

Baca Juga: Amalan Agar Anak Patuh pada Orang Tua dan Dilembutkan Hatinya, Baca Ini Saat Anak Tidur

Kemudian jika Allah Swt memuliakan seorang hamba, maka hamba tersebut bukan hanya mencegah dirinya untuk tidak mengganggu orang. Bahkan seorang hamba yang Allah Swt muliakan akan berusaha untuk menghilangkan gangguan yang bisa menggangu orang lain. Dia tidak tenteram kalau ada gangguan yang akan menggangu masyarakat. Dalam satu hadits, kata Rasulullah Saw:

مَرَّ رَجُلٌ بِغُصْنِ شَجَرَةٍ عَلَى ظَهرِ طَرِيقٍ، فَقَالَ: وَاللهِ لأُنْحِيَنَّ هَذَا عَنِ المُسْلِمينَ لا يُؤذِيهِمْ

“Seorang laki-laki sedang melewati satu jalan, di tengah jalan rupanya ada tangkai pohon yang bisa menggangu orang. (Dia tidak sabar ketika melihatnya) dan dia berkata: ‘Demi Allah, saya akan menjauhkan tangkai pohon ini agar tidak menggangu kaum muslimin.'”

Apa kata Rasulullah Saw?

فَأُدخِلَ الجَنَّةَ

“Maka orang ini pun masuk ke dalam surga.” (HR. Muslim)***

Editor: Nahrudin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah