"Dari segi sanadnya sangat lemah, ga ada asalnya, ada yang palsu. Tapi dari segi matan(isinya) ini bermakna khiasan," kata UAH.
bahwa jadi perkataan ini sesungguhnya bukan maksud menjadi kendaraan tapi perumpamaan atau kiasan.
Dalam ungkapan bahasa Arab seringkali juga bisa bermakna kiasan.
Ia juga melanjutkan, jika kita bisa mengambil pelajaran dari hadits tersebut bahwa memperbagus hewan qurban bisa menambah pahala.
Dan dengan pahala qurban tersebut, bisa menjadi 'kendaraan' menuju surga Allah Azza wa Jalla.
UAH menegaskan jika kita jangan bersandar pada hadits tersebut secara utuh, tetapi mengambil maknanya. Seperti disebutkan di dalam Alquran, Surah Al Hajj ayat 37 sebagai berikut:
Baca Juga: Materi Ceramah Singkat Ramadhan 2022: Keistimewaan Ramadhan Menurut Ustadz Adi Hidayat
Allah Azza wa Jalla berfirman:
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ
Artinya: "Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya."
Dengan tawa ini adalah kendaraan terbaik
Dari ayat di atas bisa disimpulkan, bahwa yang akan sampai kepada Allah Azza wa Jalla adalah ketakwaan dan keihklasan kita dalam berqurban.
"Jika dengan harta kita yang berlebih, maka cari yang terbaik, terbagus dan paling gemuk. Maka dari situ keihlasan dan amal kita berpeluang bertambah, yang diharapkan membawa kita ke surga," lanjutnya.