Saat berusia 18 tahun, beliau melanjutkan pencarian ilmu ke Pesantren Panggung, Tegal, Jawa Tengah, asuhan KH. Mukhlas, kakak iparnya sendiri.
Disinilah kegemaran belajar ilmu nahwu KH. Mahrus Ali semakin teruji dan mumpuni. Selain itu KH. Mahrus Ali juga belajar silat pada KH. Balya, ulama jawara pencak silat asal Tegal Gubug, Cirebon.
Pada saat mondok di Tegal inilah KH. Mahrus Ali menunaikan ibadah haji pada tahun 1927 M. Di tahun 1929 M, KH.
KH. Mahrus Ali melanjutkan ke Pesantren Kasingan, Rembang, Jawa Tengah asuhan KH. Cholil. Setelah 5 tahun menuntut ilmu di pesantren ini (sekitar tahun 1936 M) KH. Mahrus Ali berpindah menuntut ilmu di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri.
Karena sudah punya bekal ilmu yang mumpuni KH. Mahrus Aly berniat tabarukan di Pesantren Lirboyo.
Namun beliau justru diangkat menjadi Pengurus Pondok dan ikut membantu mengajar. Selama nyantri di Lirboyo, beliau dikenal sebagai santri yang tak pernah letih mengaji.
Jika waktu libur tiba maka akan beliau gunakan untuk tabarukan dan mengaji di pesantren lain, seperti Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, asuhan KH. Hasyim Asy’ari, Pondok Pesantren Watucongol, Muntilan, Magelang, asuhan KH. Dalhar dan juga pondok pesantren di daerah lainnya seperti; Pesantren Langitan, Tuban, Pesantren Sarang dan Lasem, Rembang.
Nah, setelah sedikit kita ulas tentang biograi beliau, inilah doa yang diijazahkannya. Doa ini dibaca saat ziaroh di maqbaroh.
Dikutip mantrasukabumi.com dari unggahan facebook Ijazah dan Amalan Doa Para Kiyai, pada 11 Juli 2022 sebagai berikut: