Filosofi Dodol, Lambang Persatuan yang Bhineka Tunggal Ika

- 10 Oktober 2020, 14:40 WIB
Penganan dodol. Sumber foto: Pesona Indonesia
Penganan dodol. Sumber foto: Pesona Indonesia /


MANTRA SUKABUMI - Kuliner Indonesia merupakan sebuah simbol kekuatan budaya, yang berkaitan dengan sejarah dan tradisi masyarakat.

Keragaman makanan tradisioanal Indonesia memiliki nilai-nilai kearifan lokal, serta syarat akan makna yang terkandung di dalamnya.

Salah satu kuliner nusantara yang mewarisi cita rasa dari leluhur yang sangat kental, dan mewakili Bhineka Tunggal Ika adalah dodol.

Baca Juga: Ubi Jalar, Selain Pengganti Nasi Ternyata Sangat Berkhasiat dan Bermanfaat Untuk Kesehatan

Baca Juga: Hukum Memanggil Haji atau Hajah Padahal Belum Melaksanakan Ibadah Haji

Dodol, merupakan makanan yang menjadi identitas sosial pada beberapa acara tradisi adat setempat, juga sekaligus sebagai simbolisasi persatuan.

Dikutip mantrasukabumi.com dari indonesia.go.id, bahwa ada kisah-kisah terkait dodol yang diyakini masyarakat di berbagai daerah di Indonesia.

Banyak sebutan yang identik dengan dodol, seperti Nian Gao atau Kue Keranjang, Wajit, Jenang, Lempok, Gelinak, dan beragam nama lain di berbagai daerah di Indonesia.

Dodol, bagi masyarakat Betawi di Jakarta yang dulu bernama Batavia adalah makanan perayaan. Betawi yang dulu merupakan pencampuran berbagai kelompok etnis Sunda, Arab, Tionghoa, dan Melayu memiliki budaya, bahasa dan tradisi yang berbeda satu sama lain.

Baca Juga: Anies Akan Beri Tahu Presiden Joko Widodo Tentang Tuntutan Agar UU Cipta Kerja Dicabut

Halaman:

Editor: Emis Suhendi

Sumber: indonesia.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah