Tanggapi Soal Adzan Hayya Alal Jihad, Cak Nun : Melanggar Syariat, Bidah, Bahkan Sesat

2 Desember 2020, 21:27 WIB
Cak Nun beri tanggapan soal azan dengan seruan jihad /Tangkap layar YouTube CakNun.com/

 

MANTRA SUKABUMI – Budayawan Yogyakarta sekaligus intelek Islam nasional, Muhammad Ainun Najib atau yang akrab disapa Cak Nun, memberikan tanggapannya terkait polemik adzan hayya alal jihad.

Diketahui sebelumnya, beredar video dijejaring media sosial yang menunjukkan sejumlah orang yang tengah berada di sebuah ruangan dan salah seorang diantara mereka mengumandangkan lantunan adzan yang diselipkan kalimat ‘Hayya Alal jihad’.

Video itu pun sontak membuat warganet heboh, bahkan viral dengan cepat melalui media sosial seperti Instagram, Facebook, Whatsapp, dan Twitter.

Baca Juga: ShopeePay Terima Penghargaan Marketeers Youth Choice: Brands of the Year 2020

Baca Juga: Bendera Azerbaijan Berkibar di Distrik Terakhir Usai Armenia Serahkan Wilayah yang Disengketakan

Cak Nun menuturkan, ketika kumandang adzan atau iqamah diganti dengan lafal ‘Hayya Alal Jihad’, secara fiqih tidak lazim karena bukan ajaran dan tradisi baku dari Rasulullah Muhammad SAW.

"Azan atau iqamah diganti menjadi ‘Hayya Alal jihad’, maka akan lazim ketika ada ulama yang menyebutnya melanggar syariat, Bidah, atau bahkan sesat", ucap Cak Nun, seperti dilihat mantrasukabumi.com dari kanal YouTube CakNun.com pada Rabu, 2 Desember 2020.

Ia melanjutkan untuk melihat perspektif terkait azan dan iqomah yang ditambahih ‘Hayya Alal Jihad’ dapat melalui perspektif syariat dan fiqih. Tambahnya Ia juga mengatakan dapat dari perspektif sosial politik dan perspektif (katakanlah) langit.

"Iya saya kira kita ambil saja tiga cara pandang atau tiga perspektif atau tiga spektrum. Spektrum pertama pasti adalah fikih dalam syariat Islam, artinya tata cara beragama yang diatur oleh agama Islam", ujarnya.

Baca Juga: Waduhh, Getol Kritisi Gubernur Anies Baswedan, 29 Pengacara Polisikan Ferdinand

Selain itu, Cak Nun juga menyebutkan bahwa kalau tujuan atau niatnya adalah untuk perang lebih baik menjadi ‘Hayya Alal Qital’, yang artinya mari berperang.

"Saya tidak curiga dan tidak mengklaim maksudnya, tapi Kalau saya jadi mereka saya akan sekalian memakai kata Qital, ‘Hayya Alal Qital’, Mari berperang", imbuhnya.

Selanjutnya, Cak Nur menjelaskan perspektif secara sosial politik. Menurutnya, secara sosial politik kaum muslim dan nilai-nilai Islam memang sudah sangat lama merasa ditindas, dianiayaa, disakiti, diinjak-injak.

Jadi Cak Nun tidak heran dengan fenomena sekelompok orang yang mengganti azan ‘Hayya Alal Jihad’. Tambahnya, Ia mengatakan kaum muslim ditindas, ada yang yang tidak tahan, meledak, mengamuk, dan ada yang dengan pedang atau senjata rakitan. Tidak hanya itu, bahkan ada yang dengan kalam atau lidah seperti perubahan azan tersebut.

Baca Juga: Waduhh, Getol Kritisi Gubernur Anies Baswedan, 29 Pengacara Polisikan Ferdinand

Budayawan asal Yogyakarta ini pun menjelaskan jika perspektif pandang kita luas, maka kita akan menemukan spektrum dimana subjek-subjeknya sangat banyak.

“Kalau perspektif pandangnya kita perluas, kita temukan spektrum di mana subjek-subjeknya sangat banyak seperti globalisasi, penjajahan Dajjal dan Ya’juj Ma’juj, imperialisme, kapitalisme global, amr dan iradah Allah Swt sendiri,” pungkasnya.**

Editor: Robi Maulana

Sumber: YouTube

Tags

Terkini

Terpopuler