Soal Dugaan Istana Terlibat Dualisme Partai Demokrat, Refly Harun: Bisa Saja Motif Kekuasaan, Bisa Juga Motif

10 Maret 2021, 10:12 WIB
Soal Dugaan Istana Terlibat Dualisme Partai Demokrat, Refly Harun: Bisa Saja Motif Kekuasaan, Bisa Juga Motif /Tangkapan layar YouTube.com/ Refly Harun

MANTRA SUKABUMI – Pengamat politik dan pakar hukum tata negara, Refly Harun memberikan penilaian soal dugaan Istana yang terlibat dalam dualisme Partai Demokrat.

Seperti yang diketahui bahwa kini terjadi dualisme atau dua kubu dalam internal Partai Demokrat, yakni yang dipimpin oleh Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), serta yang dipimpin Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko usai Kongres Luar Biasa (KLB).

Refly Harun mengatakan bahwa kisruh dualisme Partai Demokrat akan ditentukan dengan bagaimana sikap Istana menanggapi.

Baca Juga: Pangdam IX Udayana dan Shopee Indonesia Bantu Tuntaskan Krisis Air Bersih di NTT

Baca Juga: Setelah Minta KSP Moeldoko Dipecat, Kabar Duka Langsung Selimuti Jimly Asshiddiqie: Innalilahi

Hal itu disampaikan oleh Refly Harun dalam video yang diunggah pada Rabu, 10 Maret 2021 di kanal YouTube resmi miliknya.

“Kita akan lihat, apakah pergerakan ini akan terus dengan satu cara saja, yaitu bagaimana Istana menanggapi,” ujar Refly Harun, seperti dilihat mantrasukabumi.com dari video di kanal YouTube Refly Harun pada Rabu, 10 Maret 2021.

Refly Harun mengatakan bahwa sejauh ini, Istana menanggapi dualisme Partai Demokrat seolah bermain dengan dua kaki. 

“Dua kaki nya adalah mereka tidak mengatakan clear mereka mengakui, tetapi tidak juga melakukan penolakan,” tuturnya.

“Bahkan Yasonna Laoly sudah bersuara agar Demokrat jangan memojokkan memojokkan pemerintah, dan dijawab Demokrat bahwa kadang-kadang dualisme kepartaian itu justru diprovokasi oleh Kementerian Hukum dan HAM sendiri,” jelasnya.

Akan tetapi, Refly Harun mengatakan bahwa jangan dilupakan siapa yang berkepentingan dalam dualisme Partai Demokrat.

Baca Juga: Diusianya yang Tak Lagi Muda, Ternyata Prabowo Subianto Menguasai Sistem Senjata Angkatan Laut dan Darat

Menurutnya, bisa saja dualisme Partai Demokrat tersebut terjadi atas dasar motif kekuasaan, ataupun motif pribadi antara elit-elit politik.

“Tetapi, jangan lupa adalah apakah Kementerian Hukum dan HAM, apakah PDIP, apakah Yasonna Laoly, apakah Megawati, betul-betul berkepentingan agar Demokrat dilumpuhkan?” kata Refly Harun.

“Bisa saja motifnya motif kekuasaan, tapi bisa juga motifnya motif pribadi,” tambahnya.

Jika berdasar atas motif pribadi, Refly Harun menyampaikan bahwa sudah menjadi rahasia umum jika hubungan petinggi partai penguasa dengan SBY tidak terlalu baik sejak Pemilu 2004, dan nampaknya akan sulit untuk dilakukan rekonsiliasi.

“Kita tahu bahwa hubungan elit-elit partai the ruling party dengan SBY misalnya, tidak terlalu baik, sejak Pemilihan Presiden tahun 2004 silam, dan sampai sekarang rasanya tidak bisa direkonsiliasi,” tuturnya. 

Namun, jika untuk motif kekuasaan atau kepentingan partai penguasa, patut dipertanyakan apakah Istana menginginkan sosok Moeldoko sebagai penguat, sehingga menjadi pesaing dalam Pemilihan Presiden 2024.

Baca Juga: Usai Ngaku Keturunan Sultan saat Bela Nadya Arifta dari Ibunda Felicia, Firdaus Malah Ditagih Hutang

Baca Juga: Presiden Jokowi Diminta Turun Tangan Bersihkan Kisruh Partai Demokrat, ABJ: Beliau Tidak Ikut Campur

“Ataukah memang mereka lebih senang kalau SBY dan AHY dilumpuhkan?” ujarnya.

“Jadi walaupun harus bersaing atau berhadapan, dengan Moeldoko, it's okay, daripada berhadapan dengan SBY dan AHY yang barangkali punya catatan masa lalu yang tidak mengenakan kepada kepemimpinan the ruling party,” pungkasnya.***

Editor: Robi Maulana

Tags

Terkini

Terpopuler