Islam Dicap Radikal Cak Nun Marah: Radikal itu Pemerintah Selalu Paksakan Pendapatnya, Saya Siap Debat

29 Maret 2021, 20:16 WIB
Emha Ainun Najib alias Cak Nun / /Instagram.com @gamelankiaikanjeng

MANTRA SUKABUMI - Muhammad Ainun Najib atau yang kerap disapa Cak Nun marah saat sebutan radikal dilabelkan pada Islam.

Cak Nun berpesan pada Pemerintah dan Kepolisian agar tidak ikuti arus mereka yang menjelek-jelekan Islam dengan kata radikal.

Hal itu seperti diungkapkan Cak Nun dalam unggahan video di kanal Youtube Masyarakat Maiyah pada 8 Desember 2019.

 Baca Juga: Ada Diskon hingga 90% Plus Voucher, Belanja Termurah di Shopee Murah Lebay

Baca Juga: Ahli Telematika Tertawakan Klarifikasi Soal Bantahan Posisi Duduk Gibran saat Bersama Menteri PUPR

Budayawan Indonesia itu menyampaikan bahwa Islam menyumbang rasa syukur karena mereka semua menghayati nilai-nilai dari Allah dan dari Islam.

“Karena islam menyumbang rasa syukur, itu adalah karena mereka semua, menghayati nilai-nilai dari allah dari islam, islam itu yang mengajarkan rasa syukur dan rasa syukur itu tidak ada di luar islam, itu ayatnya jelas dalam Islam," ujarnya seperti dikutip mantrasukabumi.com dari kanal Youtube Masyarakat Maiyah.

Cak Nun juga menyebut, karena rasa syukur itulah dunia ini aman, tanpa rasa syukur sunia ini akan rusuh terus.

"Dunia ini seharusnya rusuh terus sedunia, tapi karena orang Islam itu pandai bersyukur maka dunia ini menjadi aman,” ujar Cak Nun saat berceramah menggunakan bahasa Jawa.

Oleh karenanya, Cak Nun menegaskan kepada pihak Polisi dan Pemerintah untuk tidak mengikuti arus dalam menjelek-jelekan Islam.

“Jadi tolong bapak polisi, bapak pemerintah, jangan terlalu ikut arus menjelek-jelekan islam, sebelum saya marah, sebab ada saatnya saya tidak akan diam seperti sekarang, menurutmu untung apa saya disini ini?” kata Cak Nun.

Baca Juga: Fahri Hamzah Kesal, Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Makassar Dikaitkan dengan Agama dan Bahasa Arab 

Selanjutnya, Cak Nun menyampaikan bahwa bila bukan karena rasa syukur dan cintanya bertemu dengan masyarakat.

Ia mengatakan dirinya mampu menjatuhkan Soeharto dan bisa menjatuhkan siapa saja di Jakarta kalau Dia mau.

Namun, Cak Nun mengatakan buat apa dirinya melakukan semua itu karena dirinya sudah bertemu dengan rakyat yang penuh dengan rasa syukur dan perdamaian.

“Bila bukan karena aku bersyukur dan cinta padamu, saya menjatuhkan Suharto dan bisa menjatuhkan siapa saja di Jakarta kalau saya mau, tapi saya tidak melakukan semuanya karena saya bertemu dengan rakyat yang penuh rasa syukur, penuh perdamaian, penuh kerukunan setiap hari,” ujarnya.

Selanjutnya Cak Nun menegaskan kembali kepada Pemerintah dan pihak kepolisian untuk tidak mencurigai bahwa Islam itu radikal.

Malah kata Cak Nun yang radikal itu pemerintah, pasalnya Pemerintah selalu memaksakan pendapatnya secara terus-menerus.

 Baca Juga: Caleg di India Janjikan 11 Hal Nyeleneh Jika Ia Terpilih, Salah Satunya Perjalanan ke Bulan Selama 100 Hari

Bahkan ia pun siap berdepat secara nasional perihal demikian itu.

“Yang radikal itu pemerintah, memaksakan pendapatnya terus-menerus, bila saya teruskan, saya mau berdebat Nasional tentang ini," kata Cak Nun.

Selanjutnya, Cak Nun juga menjelaskan asal-muasal radikal, bahwa kata ‘radikal’ diciptakan oleh politik kanan di Amerika yang kemudian diteruskan oleh China.

"Kata radikal itu ciptaan politik kanan di Amerika, dan sekarang diteruskan oleh cina, karena mereka mersa terancam, bila islam ini bisa sungguh menguasai dunia maka semua orang tidak bisa tindas,” ujar Cak Nun.

Cak Nun pun menegaskan bahwa jika Islam benar sampai menguasai dunia, maka hal tersebut merupakan ancaman bagi orang yang egois.***

Editor: Ridho Nur Hidayatulloh

Tags

Terkini

Terpopuler