Tanggapi Soal Kisruh Berdemokrasi, Cak Nun: Indonesia Tak Mau Pakai Demokrasi Steril, Harus Ada Money Politik

10 April 2021, 06:06 WIB
Tanggapi Soal Kisruh Berdemokrasi, Cak Nun: Indonesia Tak Mau Pakai Demokrasi Steril, Harus Ada Money Politik /YouTube @anak soleh calon ustad

MANTRA SUKABUMI - Budayawan Indonesia Emha Ainun Najib menanggapi terkait kisruh berdemokrasi di Indonesia akhir-akhir ini yang sering di perbincangkan.

Dalam hal tersebut, Cak Nun menyampaikan bahwa Indonesia sudah tak mau pakai demokrasi steril, harus ada money politik atau haru ber uang.

Kendati demikian, cak nun menyampaikan cara Berdemokrasi di barat dan yang ada di Indonesia pada saat ini.

Baca Juga: Ada Diskon hingga 90% Plus Voucher, Belanja Termurah di Shopee Murah Lebay

Baca Juga: Trailer Ikatan Cinta 10 April 2021: Gawat, Ricky Teror Andin dan Al

"Kalau dunia Barat berdemokrasi misalnya ketika menyelenggarakan Pemilu secara relatif steril atau imbas-imbis terhadap dimensi keuangan, Indonesia punya kedaulatan sendiri dan tidak mau membebek Negara-Negara Barat," tulis cak nun, seperti dikutip mantrasukabumi.com dari laman web Caknun.com pada Sabtu 10 April 2021.

Maka dari itu, cak nun menyampaikan bahwa negara Indonesia tidak mau pakai demokrasi steril harus ada money politik.

Dan setiap penduduk yang mencalonkan diri dari tingkat terbawah hingga puncak harus jelas modal keuangannya mencukupi atau tidak.

 Baca Juga: Bikin Haru Netizen, Presiden Jokowi Rela Kedinginan dan Berikan Jaketnya untuk Korban Banjir NTT

"Indonesia tidak mau pakai demokrasi steril. Harus ada money-politic. Setiap penduduk yang mencalonkan diri dari tingkat terbawah hingga puncak, harus jelas modal keuangannya mencukupi atau tidak," sambunganya.

"Terserah mau pakai uangnya sendiri atau mengumpulkan pedagang-pedagang kakap untuk ikut membiayai, sehingga kelak kalau yang dibantu keuangan menjadi pejabat, tanggung jawabnya jelas," tegas cak nun.

Sebelumnya, Cak Nun menyampaikan bahwa para pejabat Indonesia ketika naik ke kursi maka ia di biayai oleh Tauke atau Cukong.

Baca Juga: Tanggapi Dialog Sengit Munarman dan Najwa Shihab, Pengamat: Alhamdulilah Cangkir Kopi Tidak Melayang ke Muka

Tak hanya itu, sebelumnya Cak Nun menyampaikan bahwa para pejabat Indonesia adalah teladan dalam hal tanggung jawab.

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Cak Nun melalui halaman web caknun.com pada Kamis 7 April 2021.

"Pejabat Indonesia adalah teladan dalam hal tanggung jawab. Kalau ia naik ke kursi jabatan dibiayai oleh umpamanya Taoke atau Cukong-cukong," tulis cak nun.

Lebih lanjut, cak nun mengatakan bahwa pejabat Indonesia paling konsisten dalam membuktikan tanggung jawabnya terutama dalam hal kekuasaan.

 Baca Juga: Anies Baswedan Bentuk KPK Ibu Kota, Ferdinand: Korupsi di Jakarta Terang Benderang Depan Mata

"Maka nanti ketika menjabat pejabat Indonesia setia dan konsisten membuktikan tanggung jawabnya, terutama yang terkait dengan kekuasaannya untuk melancarkan jalan dan proyek para donaturnya," sambungnya.

Lebih lanjut, Cak Nun menyampaikan bahwa pejabat Indonesia bukan tipe pengkhianat yang habis manis sepah di buang.

"Pejabat Indonesia paling mengerti bagaimana membayar budi. Mereka bukan tipe pengkhianat yang “habis manis sepah dibuang” tuturnya.

Pejabat Indonesia moralnya tinggi, akhlaknya bisa diandalkan. Rakyat juga memiliki rasio yang jelas dalam memilih pejabatnya. Kalau calon pejabat sudah menyelenggarakan “Serangan Fajar” membagi-bagi uang kepada penduduk, maka penduduk juga sangat bertanggung jawab terhadap calon pejabat yang memberinya uang.

 Baca Juga: Hilal Bulan Suci Ramadhan 1442 Nampak, Anda akan Menyesal Jika Tidak Berdoa

Berkat keteladanan para pemimpinnya, rakyat Indonesia juga tidak punya budaya materialistis atau mata duitan. Rakyat Indonesia tidak rakus atau eksploitatif terhadap siapapun yang meminta bantuan mereka untuk dipilih menjadi pejabat.

Rakyat tidak melihat jumlah banyaknya uang yang diserangkan di waktu fajar. Boleh hanya 100 ribu rupiah, atau bahkan maklum-maklum saja andaikan hanya 50 ribu rupiah.

Itu sudah cukup untuk memilih calon pejabat sehingga menjadi pejabat. Rakyat Indonesia tidak rakus. Rakyat Indonesia sangat pandai bersyukur, dan canggih memanfaatkan uang meskipun hanya 50 ribu rupiah.***

Editor: Ridho Nur Hidayatulloh

Sumber: CakNun.com

Tags

Terkini

Terpopuler