KH Maimoen Zuber Gurunda Gus Baha: Muktamar NU Pertama Tidak Bisa Dipisah dengan Komite Hijaz

24 Desember 2021, 07:15 WIB
Gus baha dalam menyampaikan tausiah tentang amalan kebaikan bersedekah. /

MANTRA SUKABUMI - KH Maimoen Zuber gurunda dari Gus Baha pernah menyampaikan sejarah awal dari muktamar NU (Nahdlotul Ulama).

Seperti diketahui bahwa saat ini sedang berlangsung muktamar NU yang ke 34 di Lampung, dan sudah memilih rais aamnya.

Muktamar NU ke 34 telah memilih kembali KH Miftahul Akhyar yang menjabat Ketua MUI sebagai Rais Aam PBNU periode 2021-2026.

Baca Juga: Gus Baha Ungkap Surga Allah Itu Murah, Senilai Lafaz Laaillahaillallah

Sebelum almarhum KH Maimoen Zuber gurunda Gus Baha wafat, ternyata pernah menyampaikan sejarah muktamar NU yang pertama.

KH Maimoen Zuber menyampaikan bahwa muktamar NU yang pertama tidak bisa dipisah dengan suatu delegasi yang disebut Komite Hijaz.

Dikutip mantrasukabumi.com dari video yang diunggah di kanal YouTube RZM BAROKAH CANNEL pada 22 Desember 2021, berikut penjelasan KH. Maimoen Zuber tersebut.

KH Maimoen Zuber awalnya mengatakan bahwa dirinya tidak bisa meninggalkan NU disebabkan ikatan batin atau cinta.

KH Maimoen Zuber menyebutnya dengan kalimat ‘yang kita kholili’ atau yang dicintai. Dirinya lalu menyampaikan sejarah.

Sejarah saat kubah dari kuburan para sahabat Rasulullah SAW di Mekah dihancurkan, dan ulama di sana tidak mampu mengendalikan.

KH. Wahab Hasbullah atau Mbah Wahab seperti disebutkan KH Maimoen Zuber pimpinan jam’iyah Nahdlotul Wathan saat itu.

Walaupun Nahdlotul Wathan artinya gerak atau bangkitnya pecinta tanah air, tetapi memili anak organisasi keislaman yaitu Jam’iyatun Nasihin.

Jam’iyatun Nasihin saat itu diketuai oleh KH. Asnawi Kudus. Di tahun 1925 ulama-ulama Nahdlotul Wathan mengirim utusan mengahdap Raja Abdul Aziz.

Baca Juga: Gus Baha Ungkap Obat Ketika Hati Sedang Gelisah atau Keras

Menurut KH. Maimoen Zuber seperti dikisahkan oran tuanya,utusan tersebut mestinya dipimpin oleh KH. Asnawi Kudus.

Delegasi ulama Nahdlotul Wathan juga sering disebut sebagai ulama nahdloh, sehingga setelah selesai delegasi kembali ke tanah air.

“Akhirnya terbentuk apa itu yang menjadi delegasi itu komite, sehingga komite Hijaz itu tidak bisa dipisahkan dengan komite Muktamar Nahdlotul Ulama (NU) yang pertama,” jelas KH. Maimoen Zuber.

Ketika komite kembali ke Indonesia dengan menggunakan kapal, lalu diadakan pertemuan ulama’-ulama yang akhirnya dianggap sebagai muktamar NU yang pertama.

Pada penutupan pertemuan yang dipimpin oleh KH. Wahab Hasbullah tersebut dipilihlan secara aklamasi Ketua NU yaitu KH. Hasyim Asy’ari dan wakilnya KH. Faqih Maskumambang.***

 

Editor: Robi Maulana

Tags

Terkini

Terpopuler