Isu Tsunami 20 Meter di Pulau Jawa, Ternyata Juga Pernah Terjadi 400 Tahun Lalu

3 Oktober 2020, 06:31 WIB
Ilustrasi Tsunami /

MANTRA SUKABUMI - Isu tsunami setinggi 20 meter yang disebut-sebut akan melanda selatan Pulau Jawa menghebohkan masyatakat.

Isu ini bermula dari hasil penelitian tim riset Institut Teknologi Bandung (ITB) yang menyebut gempa besar dan tsunami setinggi 12 hingga 20 meter bisa terjadi di selatan Pulau Jawa.

Menanggap hal itu, salah satu peneliti paleotsunami Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Eko Yulianto, melakukan penelitian pengungkapan sejarah tsunami di pantai Selatan Jawa lewat mitos Ratu Kidul.

Baca Juga: Jaksa Agung Dicopot Diduga Karena Dirinya, Jaksa Pinangki: Tidak Ada Hubungannya

Baca Juga: Catat, Tidak Lama Setelah 2 Tanda Alam Ini Muncul, Tsunami Segera Datang

Eko mengawali peneltiannya ini karena menemukan adanya lapisan pasir di daerah Pangandaran yang mengindikasikan pernah terjadi tsunami purbakala yang sekitar 400 tahun lalu.

Ia lalu melanjutkan penelitiannya di berbagai pesisir Jawa lain dan menemukan rekam jejak yang sama di sekitaran era yang sama.

“Dari sini saya bertanya-tanya, ada peristiwa apa di tanah Jawa pada 400 tahun yang lalu. Ternyata sesuai penjelasan di Babad Tanah Jawi  saat itu kerajaan Mataram dibangun Islam dan Panembahan Senopati menjadi raja pertamanya,” ujarnya.

Setelah itu, ia kemudian mengumpulkan catatan-catatan sejarah dan cerita rakyat untuk meneliti jejak tsunami purbakala melalui mitos Ratu Kidul yang dipercaya sebagai penguasa pantai selatan Jawa .

“Ada cerita Panembahan Senopati bertapa di pantai Selatan Jawa untuk meminta bantuan kepada Ratu Kidul untuk dapat membangun kerajaan Mataram, sedangkan dirinya bukan keturunan langsung raja. Setelah pertapaan tersebut, timbulah gelombang tinggi,” bebernya.

Baca Juga: Merchant Baru ShopeePay Minggu ini Penuh dengan Fesyen dan Makanan Lezat
 
Selain iti, Eko juga mengaitkan tsunami putbakala itu dengan tembang Serat Sri Nata yang menyebut adanya bencana gelombang tinggi, airnya panas sehingga mematikan banyak makhluk hidup. Dalam Serat Sri Nata tertulis bahwa langit kala itu bergemuruh dan gelap disertai petir.

“Bukankah ini membuktikan bahwa bencana itu benar terjadi. Hanya saja Panembahan Senopati berhasil memanfaatkan bencana ini agar seolah-olah Ratu Kidul merestuinya menjadi raja. Ia mengemas bencana ini sebagai mitos turun-temurun untuk kepentingan legitimasi politiknya,” bebernya.
 
Oleh karena itu, Eko berharap melalui penelitiannya dapat menguak jejak tsunami purbakala ini sehingga masyarakat dapat lebih waspada dengan potensi bencana yang dihadapi.

“Harapannya kita dapat membangun masyarakat yang lebih rasional dan lebih waspada, serta dapat mempersiapkan diri menghadapi ancaman-ancaman, sehingga kerugian dan korban bisa dikurangi dikurangi. Termasuk juga mengapresiasi cerita itu dalam kajian akademis,” pungkasnya.
 
Berikut Serat Sri Nata dari Babad Tanah Jawi

Kilat thathit abarungan
Panjunegur swara kagiri-giri
Narka yen kiyamat iku
Toya minggah ngawiyat
Apan kadya amor mina toyanipun
 
Semana datan winarna
Ratu kidul duk miyarsi

Baca Juga: Menko Polhukam Mahfud MD Tantang Perdana Menteri Vanuatu Lakukan Penyelidikan

Lagya sare kanthi denta
Kagegeran manehe Sang Sung Dewi
Dene naga samya mlayu
Arsa minggah perdata
Ratu Kidul alon denira amuwus
Selawas sun durung mulat
Samodra pan dadi kisik

Dene panase kang toya
Anglir agni klangkung panasing warih
Mina sedaya pan lampus
Baya ari kiyamat.

 
Terjemahan dalam Bahasa Indonesia
 
Kilat dan halilintar bersamaan
Gemuruh suaranya menakutkan
Mengira bahwa itu adalah kiamat
Air naik ke angkasa
Bahkan, seperti bercampur dengan ikan airnya.

Pada saat itu tidak dikisahkan
Ratu Kidul saat mendengarnya

Baca Juga: Insiden Penghadangan di TMP, Gatot Nurmantyo Bantah Pernyataan Pangdam Jaya Terkait KAMI

Sedang tidur beralaskan gading
Kacau hati Sang Dewi
Bahkan naga pun semua lari
Ingin naik untuk berkelahi(?)
Ratu Kidul perlahan berkata:
"Selama ini aku belum pernah menyaksikan,
Samudra menjadi pesisir [pantai].

Bahkan panasnya air, bagaikan api,
sangatlah panas airnya
Semua ikan mati
Mungkin hari kiamat ini.**

Editor: Andriana

Sumber: LIPI

Tags

Terkini

Terpopuler