Sejarah Hari Pahlawan 10 November 1945, Perlawanan Arek-arek Suroboyo terhadap Pasukan Sekutu

9 November 2020, 20:45 WIB
Tugu Pahlawan di Surabaya /batiqa.com

 

MANTRA SUKABUMI – Hari pahlawan memiliki sejarah panjang terhadap upaya mempertahankan kemerdekaan negara Indonesia.

Peringatan Hari Pahlawan 2020 merupakan momen yang ditunggu saat memasuki bulan November.

Hari pahlawan 10 November 2020 juga dikenal sebagai peristiwa Surabaya yang mengisahkan perlawanan ‘arek-arek Suroboyo’ terhadap serangan pasukan sekutu.

Baca Juga: Nikmati Makan Kenyang dan Hemat Dengan ShopeePay Deals Rp1

Baca Juga: 4 Sosok Pahlawan Selain Bung Tomo yang Berperan Penting pada Perang 10 November 1945 di Surabaya

Seperti dikutip mantrasukabumi.com dari situs resmi Kabupaten Bone pada Senin, 9 November 2020, peristiwa 10 November 1945 erat kaitannya dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, pemerintah mengeluarkan maklumat yang menetapkan mulai 1 September 1945 bendera nasional Sang Saka Merah Putih akan dikibarkan di seluruh wilayah Indonesia.

Gerakan pengibaran bendera tersebut disambut baik oleh rakyat Indonesia dan meluas ke seluruh daerah, salah satunya di Surabaya. Akan tetapi, tentara Inggris datang ke Indonesia dan bergerak menuju Surabaya pada 25 September 1945.

Tentara Inggris tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) datang bersama dengan tentara NICA (Netherlands Indies Civil Administration).

Pasukan tersebut bertugas melucuti tentara Jepang dan memulangkan mereka ke negaranya, membebaskan tawanan perang, sekaligus mengembalikan Indonesia sebagai negara jajahan pemerintah Belanda.

Hal ini memicu kemarahan warga Surabaya dan sekitarnya, karena merasa Belanda tak mengakui kemerdekaan Indonesia dan melecehkan bendera merah putih dengan mengibarkan kembali bendera Belanda di Indonesia.

Baca Juga: Buruan Sebelum Ditutup, Ini Cara Daftar dan Syarat BLT BPUM UMKM Rp2,4 Juta Hingga Dapat SMS BRI

Kemarahan tersebut berlanjut dengan insiden perobekan Bendera Merah Putih Biru di atas Hotel Yamato pada 19 September 1945.

Pada 27 Oktober 1945, perwakilan Indonesia berunding dengan pihak Belanda dan berakhir meruncing, karena Ploegman mengeluarkan pistol, dan terjadilah perkelahian dalam ruang perundingan tersebut.

Perkelahian berlanjut hingga tewasnya Ploegman akibat dicekik oleh Sidik. Kejadian tersebut menuimbulkan kericuhan dan kemarahan pihak sekutu. Tepat pada tanggal 29 Oktober 1945, pihak Indonesia dan Inggris sepakat menandatangani gencatan senjata.

Akan tetapi, pertempuran kembali pecah pada 30 Oktober 1945, dan menyebabkan tewasnya pimpinan tentara Inggris Brigadir Jenderal Mallaby, akibat tertembak hingga mobil yang ditumpanginya diledakan oleh polisi Republik Indonesia.

Kejadian tersebut berujung pembalasan oleh pimpinan baru tentara Inggris Mayor Jenderal Robert Mansergh, mengeluarkan ultimatum yang menyebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia bersenjata harus melapor serta meletakkan senjatanya.

Tak hanya itu, mereka pun meminta orang Indonesia menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas dengan batas ultimatum pada, 10 November 1945, tepat pukul 6.00 WIB.

Baca Juga: Arteria Dahlan: Pak Jokowi Yakin UU Cipta Kerja adalah Pemulih Ekonomi Nasional di Tengah COVID-19

Adanya ultimatum tersebut menimbulkan kemarahan masyarakat Indonesia, utamanya ‘arek-arek Suroboyo’ hingga terjadi pertempuran antara rakyat dengan tentara sekutu.

Akibat terjadinya pertempuran tersebut, tercatat sebanyak 6000 rakyat Indonesia gugur dalam pertempuran di Surabaya.

Sebagai penghormatan atas jasa pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, pemerintah menetapkan peristiwa 10 November 1945 sebagai Hari Pahlawan melalui Keppres Nomor 316 tahun 1959 pada, 16 Desember 1959.**

Editor: Robi Maulana

Sumber: bone.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler