Acara Reuni PA 212, Rocky Gerung Sentil Pemerintah Sebut Kebijakan Negara Ugal-ugalan

- 4 Desember 2020, 20:41 WIB
Rocky Gerung
Rocky Gerung /Foto: Pikiran Rakyat/

MANTRA SUKABUMI – Pengamat politik Rocky Gerung sentil Presiden Jokowi dalam acara reuni 212 bertajuk Dialog Nasional 100 Ulama hari ini, Rabu 2 Desember 2020.

Rocky Gerung mengatakan, sebagai pemimpin bangsa, Jokowi tidak menyiapkan protokol bernegara sebagaimana dituntut masyarakat kebanyakan. Bahkan menyebutnnya sebagai kebijakan negara yang ugal-ugalan

Dia mengawali pernyataan tersebut dengan menyinggung protokol kesehatan. Sebetulnya kita di sini lengkap pakai protokol kesehatan, 212 mengawalinya," kata Rocky Gerung.

Baca Juga: Heboh, Cak Nun Tanggapi Azan Hayya Alal Jihad: Kalau Saya Jadi Mereka Saya Langsung Hayya Alal Qital

Baca Juga: Habib Rizieq Shihab Sampaikan Kabar Buruk Ini, Usai Minta Maaf pada Masyarakat Indonesia

Tapi kita tuntut lebih dari itu. Kita ingin ada protokol bernegara, tegasnya melanjutkan.
Sebagaimana dilihat mantrasukabumi.com dari kanal YouTube LDTV pada Jumat, 4 Desember 2020, seorang akademisi tersebut mengatakan bahwa Reuni PA 212 tersebut menginginkan adanya protokol bernegara dari Pemerintah.

“Iya ini ILC juga, artinya Indonesia lawan covid, dan 212 mengawalinya. Nah, sebetulnya ya, kita disini lengkap pakai protokol kesehatan. Tapi kita tuntut lebih dari itu, kita ingin ada protokol bernegara,” uajar Rocky Gerung

“Dan itu yang tidak disiapkan oleh Kepala negara, karena itu kita perlu guru-guru untuk mengajar cara bernegara,” tambahnya.

Menurut Rocky Gerung, dalam acara Reuni PA 212 tersebut, Refly Harun selaku Ahli Hukum Tata Negara dan Ichsanuddin Noorsy selalu Ahli Ekonomi merupakan guru untuk mengajar cara bernegara ke pemerintah.

“Dan seluruh keterangan hari ini, menunjukan bahwa kita sebetulnya dalam kecemasan. karena protokol bernegara dilanggar sendiri oleh Kepala negara,” kata Rocky.

“Karena berbagai kebijakan tidak bisa diuji, diselundupkan melalui hukum, diselundupkan melalui kebijakan ekonomi yang tidak punya dasar berpikir, itu yang disebut sebagai kebijakan negara yang ugal-ugalan,” tambahnya.

Selanjutnya, seorang filsuf tersebut mengatakan bahwa Habib Rizieq Shihab, dalam acara tersebut, telah menerangkan asal-usul bernegara dan dihubungkan dengan masalah saat ini.

Baca Juga: Mengejutkan Ditengah Jalani Isolasi Mandiri Covid-19, Wagub DKI Riza Patria Sampaikan Kabar Duka

Baca Juga: Waduh, Pasang Baliho Provokatif Serang Habib Rizieq, 2 Orang Remaja Ditangkap Laskar FPI Petamburan

“Apa itu protokol negara? itu seluruhnya yang diterangkan oleh Habib Rizieq tadi, Pak Rizieq Shihab menerangkan dengan bagus asal-usul kita bernegara, dihubungkan dengan problem hari ini,” katanya.

“Hal yang seharusnya kita dengar dari istana uraian semacam itu, ceramah Habib Rizieq. Kita ingin agar supaya kekuasaan itu dirawat dengan akal pikiran, itu point kita,” tegas Rocky Gerung.

Menurut Rocky Gerung, presiden harus selalu dituntut untuk aktif menghasilkan keadilan. Tambahnya, Ia mengatakan kalau ketidakadilan merupakan suatu hal yang kasat mata.

“Tapi ketidakadilan itu kasat mata. Dan justru yang punya mata itu, menutup mata untuk menghasilkan keadilan,” ujarnya.

Dalam hal ini, Rocky Grung menegaskan bahwa Indonesia berada dalam suasana kecemasan. Tambahnya, Ia mengatakan Habib Rizieq telah menjelaskan kepada kita bahwa tidak ada yang perlu dicemaskan.

“Nah, bagaimana mungkin menurunkan baliho-baliho akhlak itu, kalau baliho-balih itu dipasang di langit langit, siapa yang mau memanjat langit,” katanya.

Selanjutnya, meneurut Rocky Gerung bahwa pikiran masyarakat saat ini, mengikuti apa yang dikatakan di You Tube. Tambahnya, Ia mengatakan bahwa hal tersebut semacam ukhuwah Youtubiah.

Baca Juga: Gawat, Habib Rizieq Shihab Gelorakan Jihad untuk Sambut Tentara Amerika Serikat dan Australia

Baca Juga: Kurangi Konsumsi Jagung jika Anda Tak Mau Terkena 10 Penyakit Berikut Ini

Di akhir penjelasannya, Rocky Gerung mengucapkan selamat kepada semuanya. Karena telah berada di tempat akal sehat yang dimana masih bisa dioprasikan.

“Jadi kalau ada orang bertanya, dimana markas FPI? bukan di jalan Petamburan, tapi di jalan perubahan. Demikian juga orang bertanya, dimana tempatnya Gatot nurmantyo? bukan di Menteng, tapi juga di Jalan perubahan,” pungkasnya.**

Editor: Abdullah Mu'min


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x