Ingatkan Soal Bahaya Perang Besar, Wanita Ini Berani Nasihati Kemenhan dan Panglima TNI

- 4 Januari 2021, 12:25 WIB
Ilustrasi TNI: Ingatkan Soal Bahaya Perang Besar, Wanita Ini Berani Nasihati Kemenhan dan Panglima TNI
Ilustrasi TNI: Ingatkan Soal Bahaya Perang Besar, Wanita Ini Berani Nasihati Kemenhan dan Panglima TNI /.*/ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

MANTRA SUKABUMI – Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati mengharapkan Pemerintah Indonesia tidak menganggap remeh penemuan UUV (unmanned underwater vehicle) atau "drone" di Pulau Tenggol, Masalembu dan Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan dan segera menetapkan langkah-langkah strategis terkait hal itu.

Susaningtyas wanita yang pernah duduk di kursi Komisi I DPR RI ini mengingatkan pihak otoritas keamanan negara Republik Indonesia, untuk tidak menganggap remeh upaya pihak luar dengan ditemukannya drone di wilayah kedaulatan Indonesia yang sudah terjadi berkali-kali.

"Kemhan, Mabes TNI dan Mabes TNI AL tidak boleh memandang remeh hasil temuan ketiga UUV beberapa waktu yang lalu. Jangan sampai konsentrasi menghadapi COVID-19 kemudian mengurangi Kewaspadaan Nasional terhadap bahaya perang besar di Laut Cina Selatan," ucap Nuning seperti dikutip mantrasukabumi.com dari Antara pada Senin, 4 Januari 2021. 

Baca Juga: Nikmati Mudahnya Belanja Online di Merchant Baru ShopeePay 

Baca Juga: Staf Ahli Menkominfo Tiba-tiba Sebut NU dan Muhammadiyah, Ada Apa?

Nuningengatakan bahwa penemuan UUV itu merupakan fakta bahwa penggunaan unmanned system (sistem tanpa awak) telah dilakukan oleh berbagai negara maju di laut.

UUV yang ditemukan oleh prajurit TNI AL berlabel Shenyang Institute of Automation Chinese Academic of Sciences merupakan platform khusus yang dirancang untuk mendeteksi kapal-kapal selam Non-Chinese dan merekam semua kapal-kapal yang beroperasi di perairan Asia Tenggara dan Laut Cina Selatan.

Penemuan UUV ini juga menunjukkan bukti bahwa perairan Indonesia menjadi "spill over" adu kekuatan militer antara China dan Amerika Serikat berikut sekutunya.

"UUV ini masuk ke dalam kategori platform penelitian bawah laut. Namun tidak menutup kemungkinan China atau negara lainnya sudah meluncurkan USSV (Unmanned Sub-Surface Vehicle) yang sudah membawa persenjataan. USSV ini lebih berbahaya daripada UUV," katanya.

Baca Juga: Program Kartu Prakerja Gelombang 12 Sudah Dibuka, Penuhi Syaratnya dan Ikuti Langkah untuk Mendaftar 

Nuning menjelaskan bahwa semua UUV yang ditemukan dalam kondisi malfunction dan bukan expired, yang artinya ada kendala teknis internal di dalam sistemnya.

Dari analisa awal, ketiga UUV diperkirakan sudah memiliki jam selam lebih dari 25.000 atau mendekati 3 tahun. Kemungkinan besar UUV tersebut diluncurkan November 2017.

Menurut dia, langkah-langkah strategis yang dilakukan pemerintah terkait penemuan UUV itu, yakni pertama, dari aspek hukum, perlu segera ditetapkan peraturan penggunaan semua jenis unmanned system di wilayah Indonesia baik UAV di udara, USV di permukaan laut maupun UUV di bawah permukaan laut.

Sejalan dengan itu, lanjut Nuning, juga dibutuhkan peraturan pemerintah yang menentukan tata cara menghadapi "illegal research" (penelitian ilegal) di perairan Indonesia, mulai dari perairan kepulauan hingga zona ekonomi eksklusif (ZEE).

Halaman:

Editor: Encep Faiz

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x