MANTRA SUKABUMI - M Said Didu mengomentari soal video hoax yang disebar oleh Staf Ahli Kominfo, Henry Subiakto.
Said Didu bertanya soal pasal yang bisa membebaskan penyebar hoax pada Prof Henry Subiakto sebagai staf ahli dan Guru Besar Ilmu Komunikasi.
Hal itu diungkapkan Said Didu pada Henry Subiakto melalui akun twitter pribadinya pada 1 April 2021.
Baca Juga: Pangdam IX Udayana dan Shopee Indonesia Bantu Tuntaskan Krisis Air Bersih di NTT
Sebagaimana diketahui bahwa Prof Henry Subiakto menghapus tweet video hoax dengan alasan sedang experiment.
"Pak Prof @henrysubiakto, sebagai staf ahli dan sebagai Guru Besar Ilmu Komunikasi dan sebagai penyusun UU ITE, pasal berapa yang menyebutkan bahwa sebarkan hoax bisa bebas dengan alasan sedang experiment?," cuit Said Didu seperti dikutip mantrasukabumi.com dari akun twitter @msaid_didu pada Jumat, 2 April 2021.
Sebelumnya, Staf Ahli Kominfo Prof Henry Subiakto disentil Warganet karena diduga menyebarkan berita hoax.
Prof Henry Subiakto sebelumnya memberitakan soal fenomena rasis di Amerika Serikat yang menimpa anak Indonesia.
Namun informasi Prof Henry itu disanggah oleh seorang Warganet dengan akun twitter @raviopatra.
Ravio Parta menegur Henry Subiakto agar membiasakan memeriksa informasi terlebih dahulu sebelum menyebarkannya di media sosial.
Teguran tersebut diungkapkan Ravio Patra melalui akun twitter pribadinya pada 31 Maret 2021.
"Halo @henrysubiakto, biasakanlah memeriksa informasi sebelum dikirim di media sosial," cuit Ravio seperti dikutip mantrasukabumi.com dari akun twitter @raviopatra pada Kamis, 1 April 2021.
Halo @henrysubiakto, biasakanlah memeriksa informasi sebelum dikirim di media sosial. @kemkominfo tolong ini dikasih stempel hoax ya. Bersama kita hentikan disinformasi!! pic.twitter.com/knC9nfglwi— Ravio Patra (@raviopatra) March 31, 2021
Ravio juga meminta agar pihak Kominfo segera memberikan stempel hoax pada berita tersebut.
"@kemkominfo tolong ini dikasih stempel hoax ya," tulisnya.
"Bersama kita hentikan disinformasi!!," tandasnya.
Sontak, Prof Henry Subiakto pun langsung menanggapi cuitan Ravio Patra tersebut.
Prof Henry mengatakan bahwa dirinya sengaja menyebarkan itu untuk bereksperimen.
"Saya justru kadang sengaja bereksperimen, apa yang sudah tersebar cukup lama di banyak WA group & FB," cuit Henry seperti dikutip mantrasukabumi.com dari akun twitter @henrysubiakto pada Kamis, 1 April 2021.
Sy justru kdg sengaja bereksperimen, apa yg sdh tersebar ckp lama di bnyk WA group & FB, saat sy coba naikkan ke twitter, ternyata reaksi di twitter itu lbh cepat dlm mengoreksi content, terutama pd akun yg jelas pemiliknya. Hanya sejam sdh bnyk yg ngoreksi. Baguslah. Thanks. pic.twitter.com/FnzfaUZcC0— Henry Subiakto (@henrysubiakto) March 31, 2021
"Saat saya coba naikkan ke twitter, ternyata reaksi di twitter itu lebih cepat dalam mengoreksi content, terutama pada akun yang jelas pemiliknya. Hanya sejam sudah banyak yang mengoreksi. Baguslah. Thanks," tulisnya menambahkan.
Staf Ahli Kominfo itu juga mengatakan jika konten itu madhorot ya dihapus saja.
"Jika content itu mudhorot ya dihapus saja," ujarnya.
"Dan ternyata di twitter banyak akun yang senang saat nemu kekeliruan. Ya monggo. Saya ngetwit sekaligus mengamati dan merasakan," katanya.
"Jd mungkin terbukti di medsos banyak orang bersemangat untuk kritis dan cenderung keras serang orang tanpa takut resiko," tandasnya.***