Singgung Yogyakarta dan Jabar Tidak Mampu Lockdown, Rizal Ramli: Jokowi dan Menkeu Masih Sibuk Proyek

- 22 Juni 2021, 10:36 WIB
Ekonom Rizal Ramli dan Presiden Joko Widodo atau Jokowi
Ekonom Rizal Ramli dan Presiden Joko Widodo atau Jokowi /Azmy Yanuar/Tangkapan layar @rizalramli.official @jokowi

MANTRA SUKABUMI - Ekonom senior Rizal Ramli angkat bicara terkait penularan Covid-19 yang semakin parah.

Rizal Ramli menyinggung Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani yang masih sibuk dengan proyek.

Menurut Rizal Ramli, Yogyakarta dan Jawa Barat (Jabar) tidak mampu lockdown sebab tidak memiliki dana.

Baca Juga: Lonjakan Kasus Meningkat, Ulama Kharismatik Gus Mus Minta Pemerintah Segera Tarik Rem Darurat Covid-19

Baca Juga: Video Penolakan Pembubaran HTI oleh Ferdinand Kembali Beredar, Said Didu Hanya Tertawa

Begitu juga dengan DKI Jakarta yang menurut dia seharusnya lebih dulu menerapkan lockdown.

Hal itu menurutnya terjadi karena mismanagement pandemi, sebab tidak fokus terhadap pandemi.

"Jogja dan Jabar tidak mampu lock down karena tidak punya uang ! Jkt juga harusnya lock down dari dari awal," tulis Rizal Ramli di akun Twitter pribadinya pada Selasa, 22 Juni 20201.

"Inilah mismanagement pandemi, bukannya fokus atasi pandemi, Jokowi & Menkeu Terbalik masih sibuk proyek2, ibukota barulah, tol ini itulah," lanjutnya.

Seperti diberitakan, dorongan penerapan lockdown disuarakan berbagai pihak setelah kasus Covid-19 melonjak tinggi.

Baca Juga: Gubernur Jatim Khofifah Indah Parawansa Sampaikan Kabar Baik: Alhamdulillah Tahun Prestasi Penuh Berkah

Salah satunya disampaikan oleh Ketua Dewan Pertimbangan PB IDI Prof Dr dr Zubairi Djoerban.

Zubairi Djoerban mengakui meskipun kebijakan lockdown tidak populer di Indonesia, namun kebijakan itu diterapkan beberapa negara dan efektif.

Dirinya memberikan contoh India yang sempat terjadi lonjakan mengerikan hingga 400 ribu kasus per hari turun menjadi 70 ribu.

Karena itulah lanjut Zubairi, pandemi Covid-19 ini akan sulit terkendali jika jarak sosial ekstrem tidak dilakukan.

"Meski tak populer di Indonesia, namun kebijakan lockdown terbukti efektif di beberapa negara. Sebut saja di India, yang dari 400 ribu kasus per hari, turun menjadi 70 ribu. Saya rasa, pandemi akan sulit terkendali jika jarak sosial ekstrem tidak dipraktikkan," lanjutnya.

Zubairi juga menegaskan alasan kebijakan lockdown mesti diambil pemerintah yakni karena pandemi Covid-19 sedang serius sehingga dibutuhkan pembatasan pergerakan.

Baca Juga: Tanggapi Qodari Dukung Jokowi 3 Periode, Rizal Ramli Ungkap Pidato Soeharto yang Didukung Lalu Kabur

Selain itu, rumah sakit yang penuh, kasus melonjak, tenaga kesehatan dan medis banyak yang terpapar juga menjadi alasan lockdown haru segera diterapkan.

"Kenapa harus lockdown?
Karena pandemi Covid-19 sedang serius. Kita butuh banget pembatasan pergerakan masyarakat," bebernya.

"Saat ini kan rumah sakit penuh, kasus melonjak, beberapa tenaga kesehatan dan medis telah terinfeksi--yang bisa menyebabkan kualitas layanan menurun," pungkasnya.***

Editor: Andriana

Sumber: Twitter


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah