De Javasche Bank yaitu bank sirkulasi pertama di Asia.
Sebelumnya bank pertama di Nusantara yang bernama Bank Courant en Bank Van Leening resmi ditutup, karena pada tahun 1818 Indonesia sempat mengalami krisis keuangan.
Pada tahun 1830, De Javasche Bank digunakan pemerintah kolonial untuk mendukung kebijakan finansial dari Sistem Tanam Paksa, sehingga membuat pemerintah Belanda melakukan ekspansi bank dengan membuka kantor cabang di beberapa kota.
Pada tahun 1970, banyak bermunculan bank-bank perkreditan yang bertujuan untuk mendorong perkembangan perekonomian rakyat.
Pada 1942 tugas DJB sempat digantikan Nanpo Kaihatsu Ginko (NKG) pada masa pemerintahan Militer Jepang.
Pada tahun 1945, usai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Belanda berusaha menguasai kembali Indonesia melalui Netherlands Indies Civil Administration (NICA).
Di mana Belanda mendirikan kembali DJB untuk mencetak dan mengedarkan uang NICA yang bertujuan untuk mengacaukan ekonomi Indonesia.
Sebagai upaya menegakkan kembali perekonomian Indonesia, BNI kemudian menerbitkan uang dengan nama Oeang Republik Indonesia (ORI).
Hal ini lantas memunculkan peperangan mata uang, dimana uang DJB dikenal dengan sebutan “uang merah” dan ORI dikenal sebagai “uang putih”.