Guru Besar Farmasi UGM Jelaskan Interaksi antar Obat yang Disebut dr Lois jadi Sebab Kematian Pasien Covid-19

- 12 Juli 2021, 16:27 WIB
Ilustrasi Guru Besar Farmasi UGM Jelaskan Interaksi antar Obat yang Disebut dr Lois jadi Sebab Kematian Pasien Covid-19
Ilustrasi Guru Besar Farmasi UGM Jelaskan Interaksi antar Obat yang Disebut dr Lois jadi Sebab Kematian Pasien Covid-19 /Pixabay/Arek Socha/



MANTRA SUKABUMI - Guru Besar Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Zullies Ikawati jelaskan soal interaksi antar obat yang selalu disebut dr Lois.

Penjelasan Guru Besar Farmasi UGM tersebut disarankan oleh dr. Mila Anasanti sebagai bantahan pernyataan dr Lois.

Sebab sebelumnya, dr Lois selalu mengatakan bahwa kematian pasien-pasien Covid-19 itu dikarenakan interaksi antar obat.

Baca Juga: Gandeng Shopee, Ridwan Kamil Resmikan Pembangunan Shopee Center Guna Mempercepat UMKM Jabar Go Digital

"Kalau mau baca-baca lebih lanjut tentang interaksi obat, coba mampir ke FB-nya Prof. Zullies Ikawati, Guru Besar Farmasi UGM," ujar dr Mila menyarankan.

Dilansir mantrasukabumi.com dari akun facebooknya, Prof. Zullies Ikawati menjelaskan secara detail soal interaksi antar obat tersebut.

INTERAKSI OBAT BISA BIKIN MATI?

Belakangan ini lagi viral postingan yang "sangat menggemaskan", yang menyebut-nyebut bahwa yang bikin meninggal pasien Covid adalah karena interaksi obat. Apa sih interaksi obat? Apa bener bisa bikin mati ?

APA ITU INTERAKSI OBAT?

Interaksi obat adalah adanya pengaruh suatu obat terhadap efek obat lain ketika digunakan bersama-sama pada seorang pasien.

Sebenarnya interaksi ini tidak semuanya berkonotasi berbahaya, karena sifat interaksi itu bisa bersifat SINERGIS atau ANTAGONIS, bisa meningkatkan, atau mengurangi efek obat lain.

Interaksi obat juga ada yang menguntungkan, dan ada yang merugikan. Jadi tidak bisa digeneralisir, dan harus dikaji secara individual.

KAPAN INTERAKSI OBAT BISA MENGUNTUNGKAN ?

Banyak kondisi penyakit yang membutuhkan lebih dari satu macam obat, apalagi jika penyakitnya lebih dari satu. Bahkan satu penyakitpun bisa membutuhkan lebih dari satu obat. Contohnya hipertensi.

Pada kondisi hipertensi yang tidak terkontrol dengan obat tunggal, dapat ditambahkan obat antihipertensi yang lain, bahkan bisa kombinasi 2 atau 3 obat antihipertensi.

Dalam kasus ini, memang pemilihan obat yang akan dikombinasikan harus tepat, yaitu yang memiliki mekanisme yang berbeda, sehingga ibarat pencuri, dia bisa ditangkap dari berbagai penjuru.

Dalam hal ini, obat tersebut tentunya akan berinteraksi, tetapi bisa jadi interaksi ini menguntungkan, karena saling sinergi.

Memang tetap harus diawasi terkait dengan risiko efek samping, karena semakin banyak obat tentu risiko bisa meningkat. Dalam hal ini akan dipertimbangkan manfaat dan risikonya.

Banyak kondisi lain yang memerlukan terapi kombinasi, yang berarti ada interaksi obat.

Baca Juga: dr Mila Anasanti Ungkap 5 Fakta Kuat untuk Tak Percaya dr Lois Owien, Salah Satunya Ngaku Ngajari Trump

Pada Covid yang bergejala sedang sampai berat misalnya, sangat mungkin diperlukan beberapa obat untuk mengatasi berbagai gejala tersebut.

Justru jika tidak mendapatkan obat yg sesuai, dapat memperburuk kondisi dan menyebabkan kematian.

KAPAN INTERAKSI OBAT BISA MERUGIKAN?

Interaksi obat bisa merugikan jika adanya suatu obat dapat menyebabkan berkurangnya efek obat lain yg digunakan bersama.

Atau bisa juga adanya suatu obat yang memiliki risiko efek samping yg sama dengan obat lain yang digunakan bersama, akan makin meningkatkan risiko total efek sampingnya.

Jika efek samping tersebut membahayakan, tentu hasil akhirnya akan membahayakan.

Seperti contohnya obat azitromisin dan hidroksiklorokuin yang sama-sama memiliki efek samping mengganggu irama jantung, maka bisa terjadi efek total yang membahayakan jika digunakan bersama.

Selain itu, peningkatan efek terapi suatu obat akibat adanya obat lain juga dapat berbahaya jika efek tersebut menjadi berlebihan.

BAGAIMANA MENGHINDARI INTERAKSI OBAT?

Sebetulnya itu tergantung dari mekanisme interaksinya, apakah pada aspek farmakokinetik (mempengaruhi absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat lain), atau farmakodinamik (ikatan dengan reseptor atau target aksinya).

Ada interaksi obat yang bisa dihindari dengan cara mengatur cara pemberiannya supaya tidak diberikan dalam satu waktu, ada pula yang diatur dengan cara menyesuaikan dosis, atau bahkan ada yang dihindari dengan mengganti sama sekali dengan obat lain yang kurang berinteraksi.

Baca Juga: Seolah Sindir dr Lois Soal Hoaks, dr Tirta Sebut se Indonesia Kini Dilarang Masuk Singapura: Susahkan Negara

Sekali lagi, hal ini tidak bisa digeneralisir dan harus dilihat kasus demi kasus secara individual.

Bahkan kadang tidak semua kejadian interaksi obat itu bermakna klinis, walaupun secara teori ada kemungkinan interaksi.

Jadi gitu deh, interaksi obat tidak semudah itu membuat mati. Dan hal ini menunjukkan juga perlunya kerjasama antar tenaga kesehatan dalam memberikan terapi kepada pasien (dokter, perawat, apoteker, dll)  sehingga dapat memantau terapi dengan lebih cermat.

Dan buat yang pinter-pinter, sebaiknya jangan memberikan statemen-statemen yang tidak berdasar dan meresahkan masyarakat. Semoga selalu sehat yaa.***

Editor: Ridho Nur Hidayatulloh


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah