Gus Baha : Musyrik atau Tidak Hukum Percaya Jimat, Berikut Penjelasannya

- 9 Agustus 2021, 13:35 WIB
Gus Baha : Musyrik atau Tidak Hukum Percaya Jimat, Berikut Penjelasannya./*
Gus Baha : Musyrik atau Tidak Hukum Percaya Jimat, Berikut Penjelasannya./* /Instagram.com/@ngaji gus baha

MANTRA SUKABUMI - Penjelasan Gus Baha tentang hukum percaya Jimat, lalu musyrik atau tidak?

Ulama ahli Tafsir dan Al-Qur’an asal Kabupaten Rembang KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau akrab disapa Gus Baha.

Dalam suatu pengajian kitab tafsir bersama para santri Gus Baha menjelaskan tentang hukum mempercayai jimat yang dianggap musyrik oleh golongan tertentu.

Baca Juga: Sea Group, Shopee dan Garena Sumbangkan 1.000 Tabung Oksigen dan 1 Juta Vaksin untuk Kemenkes

Berikut penjelasan Gus Baha: dilihat mantrasukabumi.com dari akun

Orang Yahudi menganggap Sulaiman bukan nabi, tapi King of Solomon (Raja Solomon) karena orang punya kekuasaan dan istri yang banyak. Berarti bukan nabi, namun hanya raja.

Makanya, ketika Nabi Muhammad menyebut سليمان من الأنبياء (Sulaiman termasuk bagian dari para nabi), orang-orang Yahudi pada senang, “Lihat Muhammad, orang kok bodohnya seperti itu, Sulaiman kok dianggap nabi, padahal dia itu hanya seorang raja.”

Lalu ayat Al-Qur’an turun:

وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمَانَ ۖ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ
(Qur’an Surat Al-Baqarah: 102)

Karena orang Yahudi juga ada bodohnya.

Nabi Sulaiman itu nabi yang bisa menaklukkan jin dan angin. Setan pintar, ketika Nabi Sulaiman hendak meninggal, setan mengarang buku lalu disisipkan di bawah singgasana Sulaiman, supaya terlihat pantas.

Walhasil, setelah Nabi Sulaiman wafat, setan menghembuskan isu “Sulaiman canggih itu karena mempunyai primbon.”

Akhirnya, orang-orang pada berebut primbonnya Sulaiman, kebetulan di bawah singgasananya terdapat primbon (yang dibuat setan).

Ketika dibaca menjadi jimat. Makanya, ada aliran yang memusyrikkan jimat.

Awakmu ojo getting nemen-nemen (kamu jangan benci berlebihan). Pahami, karena ada asal-usulnya.

Baca Juga: Biodata dan Profil Gus Baha, Santri Kesayangan Mbah Maimoen yang Disebut Al Quran Berjalan

Menurut saya, jangan katakan “musyrik”, katakan saja “orang menganggur” atau apapun kan bisa. Umatnya Nabi kok disebut musyrik.

Walhasil, disepakti bahwa Sulaiman itu bukan nabi, melainkan klenik. Makanya, ketika Kanjeng Nabi Muhammad menyebut Sulaiman sebagai nabi itu disalahkan orang Yahudi.

Allah membela Nabi Sulaiman,

وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْر
Karena primbon sihir itu bukan Nabi Sulaiman yang mengarang, tapi setan.

Paham nggeh? Jadi kamu harus tahu sejarah-sejarah seperti itu.

Menurut saya, jimat itu jangan dihukumi syirik, tapi “menganggur” begitu saja.

Kamu hukumi syirik, tapi kan membaca syahadat. Orang kafir saja yang membaca لا إله إلا الله jadi mukmin, kok sekarang yang sudah jadi mukmin malah kamu anggap kafir. Itu bertemu akal berapa?

Masak kalimat yang menjadikan mukmin lalu kalimat yang sama menjadikan kafir. Wong jimatnya orang Islam itu tulisan لا إله إلا الله. Dilipat-lipat terus dikasih kain mori terus dikalungkan begitu saja kok.

Kok terus musyrik, musyriknya dari mana?

Tapi, itulah seninya dunia. Tidak usah kamu pikir dalam-dalam. Tidak usah bertanya.

Kadang ada kiai kacau bertanya, “Menurut Anda bagaimana, Gus?”

“Tidak usah kamu tanyakan, itu tontonan dunia.”

Hukum tidak harus ada hukumnya. Kata Allah:

لَا تَسْـَٔلُوا۟ عَنْ أَشْيَآءَ إِن تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ
“Janganlah kamu menanyakan hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu.”

(Qur’an Surat Al-Ma’idah, Ayat 101)

Kamu jangan suka bertanya semua perkara, bisa ino (buruk) kalau dijawab. Hal-hal sensitif jangan ditanyakan.*** 

Editor: Indira Murti


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah