Profil WR.Soepratman Pencipta Lagu Indonesia Raya, Peringati Hari Pahlawan 2021

- 9 November 2021, 11:00 WIB
Profil WR.Soepratman Pencipta Lagu Indonesia Raya, Peringati Hari Pahlawan 2021
Profil WR.Soepratman Pencipta Lagu Indonesia Raya, Peringati Hari Pahlawan 2021 /museumsumpahpemuda.kemdikbud.go.id

MANTRA SUKABUMI - Bernama asli Wage Rudolf Soepratman adalah salah satu pahlawan Indonesia karena yang menciptakan lagu Indonesia Raya.

WR. Soepratman diberi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah Indonesia dan Bintang Maha Putera Utama kelas III pada tahun 1971.

Wage Rudolf Soepratman adalah guru, wartawan, violinis, dan komponis Hindia Belanda.

Baca Juga: Didukung dengan Desain Klasik Fungsional dan Performa Apik, Ini Spesifikasi Xiaomi Redmi Note 5A Prime

Ia dikenal sebagai pencipta lagu kebangsaan Indonesia, "Indonesia Raya", serta merupakan anggota dari grup musik jazz Black and White Jazz Band.

Tanggal lahir versi pertamanya, 9 Maret, ditetapkan sebagai hari musik nasional. Atas jasanya, ia diberikan gelar sebagai pahlawan nasional Indonesia.

Berikut profil WR Soepratman pencipta lagu Indonesia Raya, dirangkum mantrasukabumi.com dari berbagai sumber.

Wage Rudolf Soepratman lahir pada 19 Maret 1903 di Purworejo, Jawa Tengah.

Dan WR Soepratman Meninggal pada 17 Agustus 1938 pada umur 35 tahun di Surabaya, Jawa Timur.

Nama kedua Orang tuanya adalah
Djoemeno Senen Sastrosoehardjo alias Abdoel Moein (ayah).
Siti Senen (ibu)

Genre musik WR Soepratman
Jazz musik klasik, dan Instrumen yang dibawakannya adalah alat musik Biola.

Wage Rudolf Soepratman adalah anak ketujuh dari sembilan bersaudara. Ayahnya bernama Djoemeno Senen Sastrosoehardjo, seorang tentara KNIL Belanda, dan ibunya bernama Siti Senen.

Baca Juga: Habib Lutfi Bin Yahya Ijazahkan Amalan Pembuka Rezeki, Baca dengan Rutin Sholawat ini

Kakak sulungnya bernama Roekijem. Pada tahun 1914, Soepratman ikut Roekijem ke Makassar.

Di sana ia disekolahkan dan dibiayai oleh suami Roekijem yang bernama Willem van Eldik.

Soepratman lalu belajar bahasa Belanda di sekolah malam selama tiga tahun, lalu melanjutkan ke Normaalschool di Makassar hingga selesai.

Ketika berumur 20 tahun, ia menjadi guru di Sekolah Angka 2. Dua tahun selanjutnya ia mendapat ijazah Klein Ambtenaar.

Beberapa waktu lamanya ia bekerja pada sebuah perusahaan dagang. Dari Makassar, ia pindah ke Bandung dan bekerja sebagai wartawan di harian Kaoem Moeda dan Kaoem Kita.

Pekerjaan itu tetap dilakukannya walaupun ia telah pindah ke Jakarta. Dalam masa tersebut, ia mulai tertarik pada pergerakan nasional dan banyak bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan.

Rasa tidak senang terhadap penjajahan Belanda mulai tumbuh dan akhirnya dituangkan dalam buku Perawan Desa. Buku itu disita dan dilarang beredar oleh pemerintah Belanda.

Soepratman dipindahkan ke kota Sengkang. Di situ tidak lama lalu minta berhenti dan pulang ke Makassar lagi. Roekijem sendiri sangat gemar akan sandiwara dan musik.

Baca Juga: Habib Lutfi Bin Yahya Ijazahkan Amalan Pembuka Rezeki, Baca dengan Rutin Sholawat ini

Banyak karangannya yang dipertunjukkan di mes militer. Selain itu Roekijem juga senang bermain biola, kegemarannya ini yang membuat Soepratman juga senang main musik dan membaca-baca buku musik.

Sewaktu tinggal di Makassar, Soepratman memperoleh pelajaran musik dari kakak iparnya yaitu Willem van Eldik, sehingga pandai bermain biola dan kemudian bisa menggubah lagu.

Ketika tinggal di Jakarta, pada suatu kali ia membaca sebuah karangan dalam majalah Timbul. Penulis karangan itu menantang ahli-ahli musik Indonesia untuk menciptakan lagu kebangsaan.

Soepratman tertantang, lalu mulai menggubah lagu. Pada tahun 1924 lahirlah lagu Indonesia Raya. Pada waktu itu ia berada di Bandung dan berusia 21 tahun.

Pada bulan Oktober 1928 di Jakarta dilangsungkan Kongres Pemuda II. Kongres itu melahirkan Sumpah Pemuda.

Pada malam penutupan kongres, tanggal 28 Oktober 1928, Soepratman memperdengarkan lagu ciptaannya secara instrumental di depan peserta umum (secara instrumental dengan biola atas saran Soegondo berkaitan dengan kondisi dan situasi pada waktu itu).

Pada saat itulah untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya dikumandangkan di depan umum. Semua yang hadir terpukau mendengarnya.

Dengan cepat lagu itu terkenal di kalangan pergerakan nasional. Apabila partai-partai politik mengadakan kongres, maka lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan.

Baca Juga: Adu Canggih Spesifikasi dan Harga Asus ROG Phone 2 RAM 8GB-12GB dan Infinix Hot 10S RAM 4GB-6GB

Lagu itu merupakan perwujudan rasa persatuan dan kehendak untuk merdeka.

Sesudah Indonesia merdeka, lagu Indonesia Raya dijadikan lagu kebangsaan, lambang persatuan bangsa. Tetapi, pencipta lagu itu, Wage Roedolf Soepratman, tidak sempat menikmati hidup dalam suasana kemerdekaan.

Akibat menciptakan lagu Indonesia Raya, ia selalu diburu oleh polisi Hindia Belanda, sampai jatuh sakit di Surabaya.

Karena lagu ciptaannya yang terakhir "Matahari Terbit" pada awal Agustus 1938, ia ditangkap ketika menyiarkan lagu tersebut bersama pandu-pandu di NIROM Jalan Embong Malang, Surabaya.

Kemudian ditahan di penjara Kalisosok, Surabaya. Ia meninggal pada tanggal 17 Agustus 1938 karena sakit.*** 

 

Editor: Emis Suhendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah