Dokter Sebut Virus Hanya Dapat Ditularkan Melalui Udara pada Saat Tertentu

- 21 Maret 2020, 17:40 WIB
Dokter R. Soedarsono, Sp.P.
Dokter R. Soedarsono, Sp.P. /Portaljember PRMN/.*/Portaljember PRMN

Mantrasukabumi.com - Saat ini pandemi COVID-19 di Indonesia masih berlanjut. Bahkan diberitakan korban positif makin bertambah.

Dkabarkan bahwa terjadi peningkatan kasus positif di Indonesia hingga mencapai angka 369.

Dari kasus tersebut terdapat 32 korban kematian serta sudah 17 orang yang dinyatakan sembuh.

Beberapa kota di Indonesia, mulai menampakan perhatiannya agar tidak menimbulkan korban terinfeksi meluas.

Seperti diketahui penularan COVID-19 bisa melalui tetesan cairan yang dikeluarkan oleh orang dengan positif corona.

Dikabarkan PortalJember.com, tidak menutup kemungkinan bahwa virus dapat ditularkan lewat udara, namun dengan beberapa catatan situasi.

Baca Juga: Dua Pasien Positif Corona Meninggal di RSHS Bandung

Ketua Tim Penyakit Infeksi Emerging dan Remerging RSU dr Soetomo, Dokter Soedarsono Sp.P mengungkapkan bahwa penyebaran virus ini memiliki kemungkinan melalui udara.

Ini artinya penyebaran virus tersebut tidak hanya melalui droplets atau tetesan dari pasien yang positif.

"Saya kira bisa (penyebaran melalui udara). Tapi yang utama itu tetap (dari) droplets, percikan yang kemudian jatuh di suatu permukaan," ungkapnya pada Kamis, 19 Maret 2020.

Ia juga mengungkapkan jarak droplets yang memungkinkan ada 1 meter.

Apabila tetesan cairan dari pasien positif disentuh, lalu kemudian menempel pada tangan dan menyentuh mata, mulut ataupun hidung sebelum mencucinya maka virus akan masuk ke dalam tubuh.

"Akhirnya virus masuk, droplet dan virusnya itu nempel di situ. Ini adalah tempat-tempat mode entry virus itu masuk cari tempat tinggalnya di sistem pernafasan," ujarnya.

Soedarsono juga mengungkapkan bahwa virus dapat ditularkan atau penyebarannya bisa dari udara.

Baca Juga: Kebijakan Liburkan Sekolah Akibat Corona, Pemerintah Harus Pastikan Pembelajaran Jarak Jauh Dapat Berjalan Optimal

Hal tersebut mungkin dapat terjadi, bila cairan yang dikeluarkan pasien postf sebelum jatuh ke permukaan, terisap oleh orang yang berada di lingkungan yang berjarak dar satu meter.

"Tidak melayang-layang di udara bukan begitu. Tetap itu disebut, apakah itu virus, bakteri, ataukah jamur, ya tidak hidup di udara, itu yang dibayangkan oleh orang selama ini.

"Masker sebenarnya hanya dipakai oleh orang yang sakit, atau yang merawat, atau berada di lingkungan padat yang tidak terhindar dan tidak tahu ada orang sakit," katanya. ** (Edy Pranoto / Portal Jember)

Editor: Abdullah Mu'min

Sumber: Portal Jember (PRMN)


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah