Kisah Dokter Muda Indonesia Tangani COVID-19 di Inggris, Setiap Hari Rasakan Ketegangan

- 1 Juni 2020, 07:17 WIB
ILUSTRASI tenaga medis.*
ILUSTRASI tenaga medis.* /PEXELS/

Panduan untuk APD terus berkembang dan pembaruan perlengkapan medis  datang setiap beberapa hari.Setiap informasi baru yang diberikan mengenai penggunaan perangkat medis yang baru kadang  menambah kebingungan dan ada juga rasa frustrasi yang berkembang seputar kekurangan APD.

"Terlepas dari situasi keterbatasan APD, kami semua bertekad untuk memberikan pasien kami perawatan terbaik, " ujar Dito  yang meraih sarjana spesialisasi imaging sciences di tahun 2015 yang memungkinkan  mahasiswa kedokteran meraih  gelar ganda.Dito sempat bertugas selama satu tahun di University College Hospital, London dan sejak Januari  di Barnet Hospital dan pada akhir Maret khusus bertugas di bagian perawatan COVID-19.

Baca Juga: Akibat Putus Hubungan dari WHO, Donald Trump Hadapi 'Serangan Balasan'

Dito yang sempat jadi pengurus Perhimpunan Pelajar Indonesia  United Kingdom  dan pengurus  Young Indonesian Professionals Association (YIPA) mulai terbiasa merawat pasien corona  setelah beberapa hari bertugas. “Kami merasa lega mendapati bahwa sebagian besar pasien kami membaik dan akhirnya dipulangkan. Tetapi bagi mereka yang memburuk, itu adalah pilihan yang sulit antara  perawatan intensif atau tinggal di bangsal untuk perawatan paliatif,  memastikan mereka bisa senyaman mungkin meskipun menjelang  akhir hidup mereka," katanya.

Menurut Dito, ambang batas untuk memasuki perawatan intensif untuk ventilasi sekarang jauh lebih tinggi daripada sebelumnya. Pasien yang lebih muda lebih bertahan hidup.  Sejumlah besar pasien meninggal di bangsal,  yang sebelum pandemi  berkesempatan masuk ke  perawatan intensif.

Baca Juga: Presenter Cantik Nabila Putri Bantah Tudingan Hamil Sebelum Menikah

Dito pun mengakui jumlah kematian akibat corona  tidak seperti  yang pernah disaksikannya  sebelumnya dalam kariernya. “Kami menelepon kerabat pasien setiap hari untuk menginformasikan  tentang perkembangan dan mencoba memberikan kepastian," katanya.

Menyampaikan berita bahwa seorang pasien meninggal  lewat telepon beberapa kali sehari, hampir setiap hari, merupakan beban yang memilukan, tutur Dito."Saya sering menghabiskan malam hari untuk berdoa agar semua ini segera berakhir," kata Dito yang pada  2018 membentuk badan amal untuk kesehatan anak-anak yatim di Uganda.**

Halaman:

Editor: Abdullah Mu'min

Sumber: Antara News


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x