Jelang 30 September, Inilah Sinopsis Film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI

- 25 September 2022, 14:40 WIB
Jelang 30 September, Inilah Sinopsis Film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI
Jelang 30 September, Inilah Sinopsis Film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI /


MANTRA SUKABUMI - Peringatan G30S/PKI adalah peristiwa yang berlangsung dari tanggal 30 September sampai awal bulan berikutnya (1 Oktober) larut malam tahun 1965 ketika tujuh perwira tinggi militer Indonesia dan beberapa lainnya tewas dalam percobaan kudeta.

G30S/PKI merupakan peristiwa sejarah kelam bagi Indonesia yang diperingati setiap tanggal 30 September. Kejadian ini juga pernah difilmkan, film ini diproduksi pada tahun 1984 yang disutradarai dan ditulis oleh Arifin C Noer, dengan produser G Dwipayana.

Film ini menggambarkan periode menjelang kudeta dan hari-hari setelahnya. Selama masa gejolak ekonomi, enam jenderal diculik dan dibunuh oleh PKI dan Angkatan Udara Indonesia, konon untuk memulai kudeta terhadap Presiden Soekarno.

Jenderal Suharto muncul sebagai sosok yang menumpas gerakan kudeta, setelah itu ia mendesak rakyat Indonesia untuk memperingati mereka yang gugur dan melawan segala bentuk komunisme.

Baca Juga: Mengenal Sejarah Singkat Peristiwa G30S/PKI Lengkap Nama-nama Tokoh dan Korban

Film ini juga menampilkan pergantian rezim pemerintahan Indonesia dari Presiden Soekarno ke Soeharto menurut versi pemerintahan Orde Baru.

Film ini menggambarkan gerakan G30S sebagai gerakan kejam yang telah merencanakan "setiap langkah dengan terperinci", menggambarkan kegembiraan dalam penggunaan kekuatan yang berlebihan dan penyiksaan para jenderal, sebuah penggambaran yang dianggap menggambarkan "musuh negara adalah bukanlah manusia".

Dirangkum mantrasukabumi.com melalui berbagai sumber pada Minggu, 25 September 2022. Berikut sinopsis film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI.

Sinopsis film G30S/PKI

Film G30S/PKI sendiri bercerita tentang kudeta sekitar 30 September 1965 yang dilakukan oleh Kolonel Untung, Komandan Batalyon Cakrabirawa.

Film ini diatur dalam peristiwa, plot kudeta, dan penculikan para jenderal. Dalam peristiwa G30S/PKI tersebut, 7 jenderal tewas, salah satunya Brigadir Jenderal Donald Isaac Pandjaitan.

30 September 1965, sekelompok tentara mengepung sebuah rumah di Jalan Hasanuddin 53, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Mereka mengepung dengan senjata laras panjang. Pemilik rumah, seorang perwira Angkatan Darat yang berada di kamar di lantai 2, tampak biasa saja.

Dengan mengenakan seragam militer lengkap, Brigadir Jenderal Donald Isaac Pandjaitan melihat ke cermin di lemari besar.

Beberapa kali ia merapikan seragamnya agar tidak terlihat kusut. Tentara sudah mulai masuk dan menguasai lantai pertama rumah. Tembakan dilepaskan.

Beberapa perabotan di rumah menjadi sasaran tembakan. Istri dan anak DI Pandjaitan yang juga berada di lantai 2 semakin ketakutan.

Seorang asisten rumah tangga melaporkan bahwa 2 keponakan DI Pandjaitan berada di lantai satu, yaitu Albert dan Viktor yang tertembak. Namun DI Pandjaitan tetap tenang.

Pandjaitan kemudian turun ke lantai 1 yang dikuasai prajurit dengan langkah lambat. Pasukan yang mengepung rumah Panjaitan itu konon berasal dari satuan Cakrabirawa, pasukan khusus yang mengawal Presiden Soekarno.

Baca Juga: Siapa saja tokoh G30S/PKI? Inilah 7 Pahlawan Revolusi yang Menjadi Korban PKI

Sementara di hadapan para prajurit, Pandjaitan diminta untuk masuk ke dalam truk yang akan membawanya ke Istana.

Mereka mengatakan bahwa jenderal bintang satu itu dipanggil oleh Presiden Soekarno karena keadaan darurat.

Sebelumnya Panjaitan menyempatkan diri untuk berdoa yang membuat para prajurit semakin marah.

Seorang tentara memukulkan popor sentaja, tapi oleh Pandjaitan ditepis sebelum menghantam wajahnya. Tentara yang lain marah.

Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat tertembak. Setelah itu DI Pandjaitan meninggal dunia.

Jenazah Pandjaitan kemudian dimuat ke dalam truk dan dibawa pergi. Darah pria kelahiran Balige, Sumatera Utara itu berceceran di teras rumah.

Penembakan itu disaksikan oleh putri sulungnya, Catherine. Setelah gerombolan tentara pergi, dia datang ke tempat ayahnya ditembak.

Catherine memegang darah ayahnya dengan lembut dan mengusapkannya ke wajahnya.

Itulah salah satu adegan dalam film Penumpasan Pengkhiatan G30S PKI. Bagian kedua dari film ini menceritakan tentang penindasan pemberontakan.***

Editor: Azka Jauhar Kamila


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x