Peneliti: Saat Bernyanyi Lebih Cepat Tularkan Virus Covid-19 Dibandingkan dengan Berbicara

- 13 September 2020, 08:30 WIB
ILUSTRASI, Peneliti: Saat Bernyanyi Lebih Cepat Tularkan Virus Covid-19 Dibandingkan dengan Berbicara
ILUSTRASI, Peneliti: Saat Bernyanyi Lebih Cepat Tularkan Virus Covid-19 Dibandingkan dengan Berbicara /Tumisu/.*/PIXABAY

MANTRA SUKABUMI - Pandemi virus corona, telah menghilangkan banyak rutinitas kita yang biasa dan mengganggu kehidupan sehari-hari kita.

Dan sekarang nampaknya hal itu mungkin menghilangkan beberapa tradisi kita juga, terutama dalam hal merayakan ulang tahun.

Sebagaimana dilansir Mantrasuakbumi.com dari Daily Sabah, bahwa menurut penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan di Lund University pada bulan Agustus menyatakan bahwa bernyanyi mungkin berbahaya karena dapat menyebarkan Covid-19 secara eksponensial lebih cepat dan lebih jauh dibandingkan dengan berbicara dan bernapas.

 Baca Juga: Hati-hati, Pasien Positif Covid-19 di Aceh Hanya Miliki Gejala Demam dan Sesak

Dalam penelitian tersebut disebutkkan, jika dibandingkan dengan berbicara, bernyanyi sering kali melibatkan suara yang terus menerus, tekanan suara yang lebih tinggi, frekuensi yang lebih tinggi, napas yang lebih dalam.

Se;lain itu juga dapat mengakibatkan aliran udara puncak yang lebih tinggi, dan konsonan yang lebih diartikulasikan. Seperti yang disebutkan para penulis dalam jurnal Aerosol Science and Technology, menekankan bahwa faktor-faktor ini cenderung meningkat saat dihembuskan.

Dengan menggunakan kamera berkecepatan tinggi untuk menangkap aerosol dan tetesan yang dipancarkan saat bernyanyi, para ilmuwan meneliti banyak lagu dan menemukan bahwa lagu yang mengandung huruf B dan P.

Dimana huruf tersebut merupakan suara yang diucapkan dengan menghentikan aliran udara dan meletakkan kedua bibir bersama-sama, menghasilkan lebih banyak emisi partikel. Lagu yang keras dan kaya konsonan juga sangat patut diwaspadai.

Baca Juga: Menakutkan, Berikut Kronologi Relawan Uji Vaksin Sinovac yang Malah Positif Covid-19

Dengan memeriksa 12 penyanyi profesional dan amatir yang sehat dan dua dengan Covid-19 yang dikonfirmasi, para peneliti menemukan bahwa semakin keras dan kuat mereka bernyanyi, semakin besar konsentrasi aerosol dan tetesan.

Terutama ketika mereka menyanyikan lagu Swedia “Bibbis pippi Petter”, yang kaya akan konsonan penghasil air liur, mereka mendorong lebih banyak tetesan, para peneliti menemukan.

"Beberapa tetesan sangat besar sehingga hanya bergerak beberapa desimeter dari mulut sebelum jatuh, sedangkan yang lain lebih kecil dan mungkin terus melayang selama beberapa menit”.

“Secara khusus, pelafalan konsonan melepaskan tetesan yang sangat besar, dan huruf B dan P sebagai penyebar aerosol terbesar”, kata Malin Alsved, seorang mahasiswa doktoral di Aerosol Technology di Lund University di Swedia dan rekan penulis studi tersebut, dalam siaran pers.

Studi tersebut juga menyelidiki keefektifan menggunakan masker wajah dengan pengaruhnya dalam mengurangi emisi.

Baca Juga: KPU RI Adakan Simulasi Pencoblosan Pilkada 2020 dalam Masa Pandemi Covid-19

“Saat penyanyi memakai masker wajah sederhana, ini menangkap sebagian besar aerosol dan tetesan dan levelnya sebanding dengan ucapan biasa”, kata Jakob Londahl, salah satu penulis studi.

Dia mendukung penelitian sebelumnya bahwa memakai masker wajah dapat membuat perbedaan yang besar dalam menahan penyebaran virus.

Menimbang bahwa ketika berbicara, itu sangat umum untuk secara tidak sengaja meludahkan beberapa tetes air liur saat mengucapkan huruf tertentu.

Meneliti nyanyian dan perannya dalam transmisi telah menjadi topik menarik bagi para ilmuwan.  Dan yang mendorong penelitian semacam itu, adalah insiden di bulan Maret yang mendokumentasikan penyebaran Covid-19 di lingkungan paduan suara.

Di awal pandemi global, kelompok paduan suara di Washington sempat melakukan gladi bersih, meski tetap berpegang pada aturan jarak sosial dan menggunakan hand sanitizer.

Baca Juga: Miris Tingginya Angka Kematian Covid-19 di Indonesia, Tempat Pemakaman Jenazah Semakin Sulit

Namun, tiga minggu kemudian, 45 anggota kelompok itu didiagnosis Covid-19, tiga di antaranya dirawat di rumah sakit dan dua meninggal.

Para ilmuwan menyimpulkan bahwa bernyanyi dalam kelompok dapat diklasifikasikan sebagai aktivitas yang berisiko menularkan infeksi.

Namun, mereka mencatat bahwa risiko ini dapat dikurangi dan bahkan dicegah jika tindakan seperti menjaga jarak, kebersihan dan ventilasi yang tepat diterapkan.**

Editor: Encep Faiz

Sumber: Daily Sabah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah