PSBB Kembali Diberlakukan di Jakarta, karena Kasus Virus Corona Terus Meningkat

- 16 September 2020, 17:23 WIB
Pemakaman Pondok Rangon dengan cepat terisi [Fakhrur Rozi / Al Jazeera]
Pemakaman Pondok Rangon dengan cepat terisi [Fakhrur Rozi / Al Jazeera] /

MANTRA SUKABUMI - Adang telah menjadi penggali kubur di ibu kota Indonesia selama enam tahun, tetapi dia tidak pernah harus bekerja sekeras ini.

Sebelum pandemi virus corona melanda lebih dari enam bulan lalu, ia akan menguburkan tiga hingga empat jenazah sehari di pemakaman Pondok Ranggon Jakarta. Sekarang, lebih dari 25.
Sebagamana dikutip mantrasukabumi.com dari aljazeera.com, bahwa Adang berkata, “Kami telah menguburkan begitu banyak orang, kami lelah”, katanya.

Indonesia adalah negara yang paling parah terkena dampak di Asia Tenggara dalam hal kematian karena COVID-19 yang dikonfirmasi, sejauh ini tercatat lebih dari 8.000 kematian.

Baca Juga: Teman Setia yang Menemani Secangkir Kopi pada Pagi Hari, Salah Satunya Ranginang

Karena jumlahnya terus meningkat, pemakaman Pondok Ranggon dengan cepat terisi dan pihak berwenang memperkirakan kapasitas penuhnya pada bulan depan jika tren saat ini berlanjut.

Pada bulan Juni, pihak berwenang di Jakarta mulai melonggarkan pembatasan yang diberlakukan pada bulan April, yang memungkinkan banyak bisnis, restoran, dan kantor dibuka kembali.

Tapi tiga bulan kemudian, karena dokter memperingatkan sistem perawatan kesehatan di ambang kehancuran.

Gubernur Jakarta mengatakan sudah waktunya untuk memberlakukan kembali penutupan sebagian. “Ini keadaan darurat, lebih mendesak daripada awal pandemi”, kata Anies Baswedan pada Rabu.

Baca Juga: Anies Baswedan Sebar Pesan Singkat Terkait Meninggalnya Sekda DKI Jakarta, Sebut Pribadi yang Baik

Lalu dia menambahkan bahwa 10 juta orang di kota itu sekali lagi harus bekerja, belajar dan berdoa dari rumah.

Pembatasan yang diberlakukan mulai hari Senin serupa dengan yang diberlakukan pada awal tahun transportasi umum terbatas, restoran hanya dapat melayani takeaway, dan banyak kantor tutup atau memiliki batasan kapasitas.

Anies mengatakan ruang isolasi dan unit perawatan intensif di rumah sakit rujukan COVID-19 sekitar 80 persen terisi.

“Ini soal penyelamatan warga Jakarta. Kalau dibiarkan terus, rumah sakit tidak akan mampu menahan situasi dan akibatnya angka kematian tinggi”, ujarnya.

Baca Juga: Virus Corona Dunia, India Lampaui 5 Juta Kasus, Malaysia Tak Terburu-buru Buka Kembali Perbatasan

Para dokter di Jakarta menyambut baik langkah tersebut, tetapi banyak yang merasa pembatasan tersebut seharusnya tidak dilonggarkan sejak awal.

“Kami merasa situasi semakin menakutkan. Jumlah kasus meningkat dari hari ke hari dan tidak ada tren yang menunjukkan penurunan”, kata Dr Erlina Burhan, dari RS Pesabatan.

Dan, seperti penggali kubur, pekerja medis di ibu kota mengatakan bahwa mereka terlalu banyak bekerja dan kelelahan.

“Ini seperti maraton dari Maret, tanpa ada istirahat”, kata Burhan. “Banyak tenaga kesehatan yang sudah bilang capek melakukan ini”.

Hingga saat ini, Indonesia telah mendaftarkan 221.000 kasus virus corona yang dikonfirmasi.

Burhan mengatakan “Jika infeksi terus meningkat, dokter di rumah sakitnya akan dipaksa untuk berpura-pura menjadi Tuhan, dan memutuskan siapa yang mendapat perawatan dan siapa yang ditolak”.

Baca Juga: Kepala Desa Pasirbaru, Ucapkan Terima Kasih Atas Kunjungan Bupati Sukabumi ke Wilayahnya

"Saya takut dengan situasi di mana kami tidak dapat membantu semua orang yang membutuhkan bantuan. Kami takut kewalahan”.

Setidaknya 200 personel medis telah meninggal akibat COVID-19 di Indonesia, negara di mana sistem perawatan kesehatannya sudah kekurangan dan kekurangan sumber daya sebelum pandemi.

Di Rumah Sakit Pertamina, fasilitas perawatan COVID-19 lain yang ditunjuk, Dr Shandy Shanaya mengatakan dia masuk kerja karena takut akan nyawanya.

“Kami tidak bisa hanya melihatnya sebagai angka lain. Ketika seorang profesional medis meninggal, pikirkan semua orang yang kehilangan akses ke perawatan kesehatan”, kata pria berusia 26 tahun itu.

"Kami mencoba membuka terlalu cepat. Kami membuka kota sebelum tren turun," tambahnya.**

Editor: Emis Suhendi

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah