Dirjen Pendidikan Islam Kemenag RI Perkenalkan 5 Konsep Pendidikan Islam

- 5 November 2020, 06:55 WIB
Dirjen Pendidikan Islam Kemenag RI Muhammad Ali Ramdhani.
Dirjen Pendidikan Islam Kemenag RI Muhammad Ali Ramdhani. /Kemenag/

MANTRA SUKABUMI - Pendidikan Islam berarti sistem pendidikan yang memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya.

Ilmu Pendidikan Islam mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, karena didalamnya banyak pihak-pihak yang ikut terlibat baik secara langsung atau tidak langsung

Objek ilmu pendidikan islam ialah situasi pendidikan yang terdapat pada dunia pengalaman. Diantara objek atau segi ilmu pendidikan islam dalam situasi pendidikan islam. Seperti dilansir mantrasukabumi dari laman kemenag.go.id pada Kamis, 5 November 2020.

Baca Juga: Rayakan Awal Bulan November dengan Merchant Baru ShopeePay

Baca Juga: Kabar Terbaru Gempa Kembali Guncang Jawa Barat dan Banten Pagi ini, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Pendidikan adalah proses transformasi ilmu atau transformasi nilai untuk memberikan nilai kepada manusia dan kemanusian. Dalam kaitan itu, Dirjen Pendidikan Islam Muhammad Ali Ramdhani mengenalkan lima konsep dalam proses pendidikan Islam yang terangkum dalam kata IHSAN.

Kelima konsep ini digulirkan pria yang akrab disapa Dhani ini saat mengisi Workshop Pembinaan Guru Madrasah di Makasar Sulawesi Selatan, Rabu (04/11). Menurutnya, kata IHSAN merupakan akronim dari Integritas, Humanisme, Spritualitas, Adaptability, Nationality.

Pertama, Integritas. Dhani mengatakan, Pendidikan Islam harus mampu menciptakan atau melahirkan alumni madrasah yang memiliki integritas. “Proses pengajaran dalam pendidikan Islam, tidak hanya sebatas transformasi keilmuan atau mengajarkan learning knowlagde learning to do, akan tetapi siswa madrasah harus memahami betul tentang eksistensi dia sebagai manusia dengan integritas yang baik, serta pemahaman yang baik tentang makna kejujuran dalam kehidupannya,” tuturnya.

“Nila yang tidak bisa dipertukarkan dengan apapun adalah nama baik, yang terekspresi dalam nilai-nilai kesalehan sosial,” kata Dhani.

Kedua, Humanity. Proses pendidikan yang berlangsung di madrasah, harus mampu menampilkan nilai-nilai kemanusiaan. Setiap proses pengajaran di madrasah jangan sampai menjadi beban tersendiri bagi anak didik.

“Jangan kita bebani anak didik kita dengan hal yang di luar kemampuan mereka. Sebab esensi dari humanisme adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya sesuai porsinya. Humanisme menjadi penyeimbang dari konsep integritas,” ujarnya.

Baca Juga: Gelombang 11 Resmi Ditutup, Kapan Pengumuman Lolos Prakerja Gelombang 11

Baca Juga: Awas Jangan Sampai Kartu BPJS Kesehatan Anda Dibekukan, Berikut Cara dan Syarat Daftar Ulangnya

Ketiga, Sprituality. Orang yang memiliki nilai-nilai spiritual, aktivitasnya selalu diniatkan sebagai ibadah. Guru yang sadar bahwa proses dan eksistensi hidupnya adalah memberikan makna terhadap orang lain, tidak hanya memikirkan diri sendiri, maka dia memiliki nilai spiritual yang baik.

“Setiap guru dalam mengajar harus selalu diniatkan sebagai sebuah ibadah. Ibadah dalam menyiapkan generasi berintegritas yang akan mengisi peradaban mendatang,” tegasnya.

Keempat, Adaptability. Yaitu, kemampuan manusia untuk menyelaraskan diri dan berdialog dengan lingkungan strategis di sekitarnya, tanpa kehilangan identitasnya.

Menurut Dhani, adaptasi harus menjadi kekuatan untuk memahami, bahwa sebuah lembaga pendidikan harus menghadirkan anak zaman, mereka yang beribukan waktu berayahkan zaman, menari bersama zaman untuk menarikan zaman. Dalam konteks pendidikan, dinamika zaman hari ini adalah kebutuhan kita terhadap penguasaan teknologi.

“Orang yang hebat pada hari ini adalah orang yang mampu membaca masa depan dengan baik. Guru yang hebat akan mampu melahirkan anak didik yang akan bisa menguasai zamannya,” sambungnya.

Baca Juga: Sesungguhnya Allah SWT Larang Bagi Siapapun yang Harapkan Bantuan dari Seseorang, Kenapa?

Terakhir atau kelima adalah Nationality. Proses pendidikan madrasah harus mengajarkan kecintaan pada tanah air. Itu adalah bagian dari batang tubuh seorang manusia dan lembaganya.

“Guru dan anak didik di madrasah harus mencinai tanah air. Kita harus tanamkan kepada peserta didik, bahwa mencintai taha air adalah bagian daripada iman,” tegasnya.

Dhani juga menekankan kepada guru madrasah untuk terus belajar. Menurutnya, orang yang terus belajar adalah pemilik peradaban masa depan. “Eksistensi belajar adalah eksistensi kehidupan, berhentinya belajar adalah berhentinya kehidupan,” tuturnya. **

Editor: Abdullah Mu'min

Sumber: Kemenag


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah