Baca Juga: Beredar Kabar di Maluku TKA China Kibarkan Bendera Tiongkok, Simak Faktanya
Para ilmuwan melihat luminosities (ukuran absolut dari daya elektromagnetik yang dipancarkan), jarak, dan warna bintang dalam ruang sekitar 6.500 tahun cahaya di sekitar Matahari dan membandingkan data dengan model evolusi bintang.
Galaksi Sagitarius terdiri dari empat gugus lingkaran yang berdiameter sekitar 10.000 tahun cahaya, dibandingkan galaksi Bima Sakti yang memiliki diameter lebih dari 100.000 tahun cahaya.
Baca Juga: Rusunawa ASN Kabupaten Sukabumi Akan Dijadikan Tempat Isolasi
Dr. Tomas mengatakan meskipun perbedaan kedua galaksi sangat besar, namun galaksi kecil Sagitarius memiliki efek yang berperan dalam pembentukan Tata Surya.
"Secara tiba-tiba, Sagitarius jatuh dan mengacaukan keseimbangan, menyebabkan semua gas dan debu yang sebelumnya masih ada di dalam galaksi terurai seperti riak-riak di air," kata dia.
Di beberapa area Bimasakti, riak-riak ini akan menyebabkan konsentrasi debu dan gas yang lebih tinggi, sementara di tempat lain kosong.
Baca Juga: Dikabarkan Ada Hubungan Serius dengan Amy Qanita, Begini Tanggapan Sule
Kepadatan material yang tinggi di area-area itu kemudian memicu pembentukan bintang-bintang baru, seperti Matahari kita sekarang.
Rekan penulis Dr. Carme Gallart yang juga dari IAC mengatakan bahwa Matahari dan planet-planet lainnya tidak akan ada kecuali Sagitarius terjebak oleh tarikan gravitasi Bima Sakti dan menghancurkan cakramnya,
Editor: Encep Faiz
Sumber: Pikiran Rakyat