Australia Tuntut Permintaan Maaf dari China Usai Gambar Palsu Diposting di Media Sosial

30 November 2020, 11:05 WIB
PERDANA Menteri Australia Scott Morrison.* /REUTERS/

MANTRA SUKABUMI - Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan pada hari Senin, 30 November bahwa Canberra menuntut permintaan maaf dari Beijing terkait tweet yang berisi didalamnya gambar palsu salah seorang tentara Australia yang sedang memegang pisau di tenggorokan seorang anak Afghanistan.

Morrison mengatakan saat ini Australia sedang berupaya menghapus gambar yang benar-benar dianggap sangat menjijikkan yang diposting pada Senin, 30 November oleh Zhao Lijian, juru bicara Kementerian Luar Negeri.

"Ini benar-benar memalukan dan tidak dapat dibenarkan atas dasar apapun. Pemerintah China harus benar-benar malu dengan posting ini. Itu membuat mereka berkurang di mata dunia," kata Morrison kepada media pada konferensi pers, seperti dikutip mantrasukabumi.com dari CNA.

Baca Juga: Fadli Zon Sindir Mahfud MD dan Jokowi Soal Kerumunan di Banten: Ada Komentar?

Baca Juga: Inilah Masker Jerawat yang Disetujui Dermatologis, Salah Satunya yaitu Arang

Baca Juga: ShopeePay Terima Penghargaan Marketeers Youth Choice: Brands of the Year 2020

Dia mengatakan negara-negara di seluruh dunia sedang mengamati bagaimana Beijing menanggapi ketegangan dalam hubungan Australia dengan China.

Australia pekan lalu membebaskan 13 tentara menyusul laporan tentang perilaku di Afghanistan yang menurut jaksa penuntut mungkin merupakan kejahatan perang.

Hasil investigasi selama bertahun-tahun yang diterbitkan pada November melaporkan bahwa pasukan khusus elit Australia "secara tidak sah membunuh" 39 warga sipil dan tahanan di Afghanistan, termasuk dengan eksekusi singkat sebagai bagian dari ritual inisiasi.

Direkomendasikan bahwa 19 orang dirujuk ke Polisi Federal Australia, kompensasi dibayarkan kepada keluarga korban, dan militer melakukan banyak reformasi.

Baca Juga: Biden Patah Tulang Kaki saat Bermain dengan Anjing hingga Harus Pakai Sepatu Boot

Baca Juga: Ketua Umum PBNU Positif Covid-19, Mahfud MD Langsung Swab, Ternyata Ini Alasannya

Perwira tinggi militer Australia telah mengakui ada bukti yang dapat dipercaya dari pembunuhan tersebut, merekomendasikan masalah ini untuk ditangani oleh seorang jaksa yang menyelidiki dugaan kejahatan perang.

"Beberapa patroli mengambil alih hukum ke tangan mereka sendiri, peraturan dilanggar, cerita dibuat-buat, kebohongan diceritakan dan tahanan dibunuh," kata Kepala Jenderal Angkatan Pertahanan Angus Campbell.

Setelah serangan 11 September 2001, lebih dari 26.000 personel berseragam Australia dikirim ke Afghanistan untuk berperang bersama AS dan pasukan sekutu melawan Taliban, Al-Qaeda, dan kelompok ekstremis lainnya.

Pasukan tempur Australia secara resmi meninggalkan negara itu pada akhir 2013, tetapi sejak itu serangkaian laporan yang sering brutal muncul tentang perilaku unit pasukan khusus elit.**

Editor: Emis Suhendi

Sumber: CNA

Tags

Terkini

Terpopuler