Tanggapi Isu Kiamat 21 Juni 2020, Astronom Arab Berpesan Masyarakat Lebih 'Hati-hati'

21 Juni 2020, 05:30 WIB
ILUSTRASI gerhana matahari cincin.* /Pixabay//Pixabay

 

MANTRA SUKABUMI - Akhir-akhir ini banyak diperbincangkan di media sosial tentang ramalan kiamat menurut Kalender Maya salah dalam pembacaan.

Pastinya yang diramalkan pada 21 Desember 2012 silam, hanyalah ramalan semata.

Saat ini isu itu muncul kembali, yang menegaskan muncul beberapa konspirasi di media sosial Twitter bahwa kiamat itu sebetulnya akan terjadi pada 21 Juni 2020 mendatang.

Baca Juga: Gerhana Matahari Cincin 21 Juni 2020, LAPAN Sebut 'Langka', Terakhir Muncul Tahun 1648 Silam

Menurut beberapa pihak menyebut bahwa tahun 2020 akan terasa lebih berat. Oleh karenanya, hal tersebut dapat mengarah pada akhir dunia ini.

Hal itu didasarkan pada teori tentang perhitungan kalender maya yang menyebut bahwa kiamat akan terjadi pada 21 Juni 2020.

Kebetulan tanggal itu bertepatan dengan fenomena gerhana matahari cincin yang akan terjadi di sebagian wilayah di bumi.

Baca Juga: Bawa Gadis dari Bandung ke Subang, Driver Ojol ini Tak Sadar yang Dibonceng Sudah Meninggal

Menanggapi hal ini, Hasan Al Hariri, CEO dari Grup Astronomi Dubai, telah memberikan komentarnya.

Ia mengaku tak setuju dengan teori kiamat tentang kalender Maya dan kehancuran dunia yang diprediksi bersamaan dengan gerhana matahari 21 Juni 2020 mendatang.

Menyingkirkan semua ketakutan seputar prediksi itu, ia kemudian memberikan pernyataannya.

Ia mengatakan bahwa pengetahuan sains itu perlu dipahami agar orang lebih bersyukur dan justru menjadikan fenomena alam sebagai sesuatu yang bisa dinikmati.

Baca Juga: Humor Gus Dur 'Tiga Polisi Jujur' Berujung Penangkapan Polisi

“Sains itu elegan dan indah, tetapi itu membutuhkan upaya untuk memahami. Ini adalah kesempatan emas untuk memberi orang pelajaran," ujarnya dilansir dari situs Gulf News. 

Dia mengatakan teori 21 Juni 2020 yang akan menjadi akhir dunia itu adalah sangat tidak ilmiah dan tidak logis.

"Setiap orang dengan temperamen ilmiah, tidak harus seorang ilmuwan, tidak dapat mendukung jenis pesan ini," katanya.

Baca Juga: Kabar Gembira Pemerintah Alokasikan Rp 2,3T untuk Pesantren di Masa Pandemi Covid-19

Dia mengatakan UAE akan menyaksikan fenomena langit yang langka pada pagi hari 21 Juni 2020 yang berupa gerhana matahari sebagian dengan cakupan besar piringan matahari di bulan.

Di langit UEA, bulan akan menutupi 86,31 persen dari cakram matahari.

Dengan kata lain, hanya gerhana matahari parsial dengan cakupan 86,31 persen akan terlihat di UAE.

Baca Juga: Heboh Kiamat Akan Terjadi Minggu Besok, Begini Penjelasan Islam

Ini akan dimulai pada 08.14 waktu setempat ketika bulan akan mulai bergerak di depan matahari. Gerhana akan berakhir pukul 11.12 pagi.

Al Hariri menyarankan masyarakat untuk mengamati peristiwa surgawi ini dengan mengambil semua tindakan pencegahan yang diperlukan.

Dia mengatakan bahwa ini adalah kesempatan bagi kita untuk memahami dinamika ruang dan pergerakan benda yang mengelilingi bumi.

Baca Juga: Misteri Benda Karam di Laut Cisolok Terdeteksi Google Maps, Nelayan: Iya Itu Kapal

Artikel ini sebelumnya telah terbit di laman Pikiranrakyat-Tasikmalaya.com dengan judul Tanggapi Isu Hari Kiamat pada 21 Juni 2020, Astonom Arab: Masyarakat Harap Hati-Hati

Tingkat cakupan disk surya ini tidak akan terjadi dalam 25 tahun ke depan.

Al Hariri mengimbau masyarakat untuk menggunakan kacamata gerhana matahari berkualitas tinggi untuk mengatasi hal yahng tidak diinginkan.

Dia memperingatkan bahwa matahari akan sangat terang dan memancarkan cahaya intensif.

“Ini terlalu berlebihan untuk mata kita. Jadi jika kita melihatnya tanpa perlindungan, penglihatan kita akan rusak,” katanya.

Baca Juga: Kasus Penipuan Balon Bupati Sorong Selatan, Masuk Tahapan Penyidikan Polres Sukabumi

Di Rajasthan, India, beberapa anak sekolah rusak retinanya sepenuhnya dan sebagian, karena mengamati gerhana matahari tanpa perlindungan yang layak.

"Harap lebih berhati-hati karena kali ini gerhana terjadi pada siang hari pukul 08.14 pagi, ketika sebagian besar masyarakat sudah berada di luar atau mungkin dalam perjalanan ke kantor. Tidak seperti terakhir kali ketika itu (gerhana matahari, red.) terjadi lebih awal (pagi, red.)," tambahnya.**(Rahmi Nurlatifah/PR Tasikmalaya).

Editor: Encep Faiz

Sumber: Pikiran Rakyat Tasikmalaya

Tags

Terkini

Terpopuler