Prancis Bergolak Lagi, Ribuan Pengunjuk Rasa Turun di Semua Kota, Macron: Gambar Itu Memalukan

- 29 November 2020, 11:35 WIB
Prancis Bergolak Lagi, Ribuan Pengunjuk Rasa Turun di Semua Kota, Macron: Gambar Itu Memalukan
Prancis Bergolak Lagi, Ribuan Pengunjuk Rasa Turun di Semua Kota, Macron: Gambar Itu Memalukan /EURACTUV/EURACTIV

 

MANTRA SUKABUMI – Prancis bergolak lagi, ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan membentuk barisan memprotes kekerasan polisi Prancis terhadap warga.

Unjuk rasa itu tidak hanya terjadi di Paris, tetapi di hampir semua kota besar di Prancis. Aksi unjuk rasa besar-besaran ini memaksa Presiden Emmanuel Macron angkat bicara, gambar-gambar itu memalukan bagi Prancis.

Ratusan pengunjuk rasa yang berpakaian hitam dengan masker, bentrok dengan polisi pada demonstrasi menentang kekerasan polisi di Paris pada Sabtu, setelah pengunjuk rasa bermasker tersebut melempar kembang api ke barisan polisi.

Baca Juga: ShopeePay Terima Penghargaan Marketeers Youth Choice: Brands of the Year 2020

Baca Juga: Menohok, Ruhut Sitompul dan Ferdinand Hutahaean Beberkan Kritik Soal Hasil Swab Habib Rizieq

Kelompok pengunjuk berpakaian Hitam itu memasang barikade dan melempar barisan polisi dengan batu dan kembang api.

Mayoritas dari ribuan pengunjuk rasa berbaris dengan damai, tetapi kelompok kecil pengunjuk rasa yang berpakaian hitam menghancurkan jendela toko dan membakar dua mobil, sepeda motor dan kafe. Api dipadamkan dengan cepat.

Polisi menembakkan gas air mata dan granat kejut untuk membubarkan kerumunan dan pada sore hari meriam air menyemprot kelompok pengunjuk rasa yang tersisa di Place de la Bastille. Dikutip mantrasukabumi.com dari reuters, Sabtu, 28 November 2020.

Kementerian dalam negeri Prancis mengatakan telah menghitung 46.000 pengunjuk rasa di Paris. Polisi mengatakan mereka telah melakukan sembilan penangkapan.

Ribuan orang juga berunjuk rasa dengan membentuk barisan di Lille, Rennes, Strasbourg, dan kota-kota lain.

Baca Juga: Enggan Laporkan Tes Swab Habib Rizieq, RS UMMI Bogor Terancam Ditutup

Baca Juga: Nostalgia, Lirik Lagu Kisah Kasih di Sekolah - Obie Mesakh dan Chrisye

Protes menyusul publikasi rekaman CCTV minggu ini tentang pemukulan terhadap seorang produser musik kulit hitam Michel Zecler selama satu menit oleh tiga petugas polisi di Paris pada 21 November.

Insiden tersebut juga memicu kemarahan atas RUU yang dianggap mengekang hak jurnalis untuk melaporkan kebrutalan polisi.

RUU tersebut akan menjadikannya kejahatan untuk mengedarkan gambar petugas polisi dalam keadaan tertentu, yang menurut penentang akan membatasi kebebasan pers.

Banyak pengunjuk rasa membawa plakat dengan slogan seperti "Siapa yang akan melindungi kami dari polisi", "Hentikan kekerasan polisi", dan "Demokrasi dipukul".

Gambar Zecler sedang dipukuli telah beredar luas di media sosial dan di pers Prancis dan asing. Presiden Emmanuel Macron mengatakan pada hari Jumat bahwa gambar-gambar itu memalukan bagi Prancis.

Baca Juga: KORPRI Peringati Hari Jadi ke-49 , Ini Ucapan Selamat dari Berbagai Pihak, Termasuk Presiden Jokowi

Empat petugas polisi ditahan untuk diinterogasi sebagai bagian dari penyelidikan atas pemukulan tersebut.

“Apa yang terjadi di Paris sangat mengkhawatirkan dan kami tidak bisa membiarkan ini berlalu. Saya telah menghabiskan dua tahun dengan rompi kuning dan saya telah melihat semua kekerasan, ”kata pengunjuk rasa Caroline Schatz kepada Reuters di pawai Paris.

Organisasi jurnalis dan kelompok kebebasan sipil yang mengorganisir pawai bergabung dengan militan sayap kiri, aktivis lingkungan dan pengunjuk rasa rompi kuning. Rompi kuning telah memprotes kebijakan pemerintah selama dua tahun. **

Editor: Emis Suhendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x