Ilmuwan Khawatir Terkait Munculnya Virus Corona Baru, Ahli Epidemiologi Angkat Bicara

- 23 Januari 2021, 15:10 WIB
Ilustrasi: Ilmuwan Khawatir Terkait Munculnya Virus Corona Baru, Ahli Epidemiologi Angkat Bicara
Ilustrasi: Ilmuwan Khawatir Terkait Munculnya Virus Corona Baru, Ahli Epidemiologi Angkat Bicara /Piro4d/Pixabay/.*/Piro4d/Pixabay

MANTRA SUKABUMI – Seperti semua virus, SARS-CoV-2 bermutasi untuk memaksimalkan peluang kelangsungan hidupnya.

Munculnya beberapa jenis virus corona baru SARS-CoV-2 yang lebih menular telah membuat khawatir pemerintah dan ilmuwan, yang sedang menyelidiki bagaimana dan mengapa virus itu menjadi lebih mudah menular.

Lebih banyak kasus berarti lebih banyak transmisi, yang memaksimalkan kemungkinan mutasi yang signifikan akan terjadi.

Baca Juga: Beli Paket Internet Lebih Menguntungkan dengan ShopeePay, Ikuti Langkah-Langkah Berikut Ini

Baca Juga: OPM Tembak Mati Prajurit Raiders Saat Shalat, Fadli Zon: Semoga di Tempat Terbaik Allah

"Jika kami mengurangi jumlah kasus, pada dasarnya kami membatasi tempat berkembannya virus," kata Emma Hodcroft, ahli epidemiologi di Universitas Bern, seperti dikutip mantrasukabumi.com dari channelnewsasia.com pada Sabtu, 23 Januari 2021.

Wendy Barclay, ahli virologi di London's Imperial College, mengatakan mutasi adalah hasil dari beberapa faktor.

"Ini kombinasi dari seberapa banyak virus di luar sana, berapa kali Anda melempar dadu menentukan apa yang terjadi, ditambah dengan lingkungan tempat virus saat ini berada," katanya.

Ia menambahkan tidak disangka varian baru muncul setelah satu tahun Covid-19 karena tingkat kekebalan global meningkat melalui vaksinasi dan infeksi alami.

Baca Juga: Ternyata Tak Hanya Kena Risiko Darah Tinggi, Bakso Bisa Sebabkan 6 Penyakit Bahaya ini

"Di Afrika Selatan dan Brasil sudah ada respons antibodi tingkat tinggi dari orang yang telah terinfeksi dan pulih dari virus," tambahnya.

Pakar lain menyatakan keraguan bahwa tingkat kekebalan secara langsung memengaruhi mutasi saat ini.

Bjorn Meyer, seorang ahli virus di Institut Pasteur di Paris, mengatakan kemungkinan besar setiap mutasi terjadi pada satu individu, yang kemudian menularkannya kepada orang lain.
Dia menjelaskan kemungkinan pasien yang sistem kekebalannya terganggu, dan karena itu tidak dapat membersihkan virus secepat yang lain.

"Pada pasien ini mungkin ada sesuatu yang rusak dalam responsnya sehingga virus bisa bertahan lama," kata Meyer.

Baca Juga: Akhirnya Andin dan Al Mulai Berbicara dari Hati ke Hati, Sinopsis Ikatan Cinta RCTI

Baca Juga: Mantan Ketua MK: Ada Doa Tokoh Islam pada Pelantikan Presiden AS Joe Biden

Sementara virus Covid-19 biasanya menginfeksi individu selama sekitar 10 hari sebelum dinetralkan oleh tubuh.

Menurut beberapa penelitian menunjukkan bahwa pasien tertentu dapat membawanya selama beberapa minggu atau lebih, memaksimalkan untuk bermutasi.***

Editor: Encep Faiz

Sumber: Channel New Asia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x