Minggu Paling Berdarah di Myanmar, HAM PBB Catat Sedikitnya 18 Orang Tewas

- 1 Maret 2021, 06:19 WIB
PROTES - Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan ketika polisi tiba selama protes terhadap kudeta militer di Mandalay, Myanmar, Minggu, 28 Februari 2021./THE ASSOCIATED PRESS/
PROTES - Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan ketika polisi tiba selama protes terhadap kudeta militer di Mandalay, Myanmar, Minggu, 28 Februari 2021./THE ASSOCIATED PRESS/ /KALBAR TERKINI/CORNELIS OKTAVIANUS

 

MANTRA SUKABUMI – Polisi Myanmar menembaki pengunjuk rasa di seluruh negeri pada hari Minggu ini yang dinilai sebagai hari paling berdarah dalam berminggu-minggu demonstrasi menentang kudeta militer di Myanmar.

Kantor Hak Asasi Manusia (HAM) PBB mengatakan, setidaknya 18 orang tewas dan puluhan luka-luka selama aksi unjuk rasa.

Polisi Myanmar menyambut para demonstran dengan melepaskan tembakan di berbagai bagian kota Yangon. Polisi yang diperkuat jajarn militer itu melepaskan granat kejut, gas air mata, dan tembakan ke udara setelah gagal memecah kerumunan.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta Episode Hari ini, Gagal Ungkapkan Perasaannya ke Michelle, Angga Cemburu pada Rafeal

Baca Juga: Tanggapi Investasi Miras di Papua, Natalius Pigai: Presiden Jokowi Tertipu 2 Kali

Beberapa orang yang terluka diangkut oleh sesama pengunjuk rasa, meninggalkan noda darah di trotoar, gambarnya tersebar di media sosial.

“Sementara seorang pria meninggal setelah dibawa ke rumah sakit dengan peluru di dadanya,” kata seorang dokter kepada media yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, seperti dikutip mantrasukabumi.com dari Reuters pada 1 Maret 2021.

"Polisi dan pasukan militer telah menghadapi demonstrasi damai dengan menggunakan kekuatan keras hingga kekuatan yang mematikan,” menurut informasi yang dapat dipercaya yang diterima oleh Kantor HAM PBB.

Sumber HAM PBB mengatakan lebih lanjut bahwa selama aksi demonstrasi terkait Kudeta Myanmar berlangsung, telah menyebabkan sedikitnya 18 orang tewas dan lebih dari 30 orang luka-luka.

Baca Juga: Pelaporan Jokowi Ditolak Bareskrim, Mantan Ketua MK: Kalau Dia Langgar Hukum Sudah Ada Aturannya di UUD 1945

Myanmar berada dalam kekacauan sejak Militer merebut kekuasaan dan menahan pemimpin pemerintah Aung San Suu Kyi dan sebagian besar pimpinan partainya pada 1 Februari lalu.

Kudeta, yang menghentikan langkah tentatif menuju demokrasi setelah hampir 50 tahun pemerintahan Myanmar dikuasai oleh militer, telah memaksa ratusan ribu orang turun ke jalan dan mengundang kecaman dari negara-negara Barat.

“Di antara setidaknya lima orang yang tewas di Yangon adalah seorang insinyur jaringan internet Nyi Nyi Aung Htet Naing, yang sehari sebelumnya telah memposting di Facebook tentang keprihatinannya atas tindakan keras yang semakin meningkat,” kata petugas medis.

Seorang guru bernama Tin New Yee dilaporkan meninggal dunia setelah polisi membubarkan protes kelompok guru dengan granat kejut, hingga membuat kerumunan melarikan diri, hal ini disampaikan oleh putri Tin New Yee kepada media.

Baca Juga: Mengejutkan, KPK Temukan Uang Rp2 Milyar di Rumah Sekdis PUPR Provinsi Sulawesi Selatan

Polisi juga melemparkan granat setrum di luar sekolah kedokteran Yangon, menyebabkan dokter dan siswa dengan jas lab putih lari berserakan. Sebuah kelompok yang disebut Aliansi medis Whitecoat mengatakan lebih dari 50 staf medis telah ditangkap.

Politisi Kyaw Min Htike mengatakan kepada Reuters dari kota itu bahwa tiga orang demonstran tewas.

Sementara Media Myanmar Now melaporkan Dua orang tewas di kota Mandalay. Dan seorang warga penduduk Sai Tun mengatakan kepada Reuters seorang wanita ditembak di kepala.

Polisi dan juru bicara dewan militer yang berkuasa tidak menanggapi panggilan telepon yang meminta komentar.

“Polisi membubarkan protes di beberapa kota lain di Myanmar, diantaranya Lashio di timur, Myeik di selatan dan Hpa-An di timur,” kata penduduk kepada media.***

Editor: Robi Maulana

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah