China Marah, AS Ungkap Investasi Kerja Paksa Buruh Indonesia di Kapal China, Netizen: Negara Sendiri Bungkam

- 3 Juni 2021, 09:36 WIB
China Marah, AS Ungkap Investasi Kerja Paksa Buruh Indonesia di Kapal China, Netizen: Negara Sendiri Bungkam./
China Marah, AS Ungkap Investasi Kerja Paksa Buruh Indonesia di Kapal China, Netizen: Negara Sendiri Bungkam./ /Pixabay/OpenClipart-Vectors/



MANTRA SUKABUMI - China marah terhadap pemerintah AS yang mengungkap investasi kerja paksa buruh Indonesia di kapan-kapal China.

China mengecam tuduhan Amerika Serikat "mempolitisasi" soal investasi kapal China yang mempekerjakan paksa buruh Indonesia seperti seorang budak.

Hal ini turut dikomentasi masyarakat Indonesia yang melihat negara AS peduli terhadap buruh Indonesia, namun sebaliknya belum ada keterangan tentang permasalahan kerja paksa buruh Indonesia dari pemerintah RI.

Baca Juga: Terupdate! KODE REDEEM FF Free Fire Terbaru, Khusus untuk Hari ini Kamis 3 Juni 2021

"Pemerintah China hari Senin (31/5) mengecam dan menuduh Amerika Serikat “mempolitisasi” soal investigasi kapal-kapal China mempekerjakan paksa buruh Indonesia dalam kondisi seperti perbudakan," dikutip mantrasukabumi.com dari postingan Instagram @undercover.id pada 2 Juni 2021.



Banyak netizen Indonesia yang mengomentasi postingan tersebut terkait isu kerja paksa buruh Indonesia di kapal-kapal China yang diungkap AS.

Netizen mengatakan seharunya yang patut marah adalah Presiden Joko Widodo karena mereka berpendapat itu merupakan penindasan terhadap buruh Indonesia termasuk juga orang Indonesia yang direndahkan.

“Kok malah AS yg ngebelain. pak joko apik2 baee,” tulis akun @ wellychandrabancet.

Netizen juga sangat menyayangkan sikap pemerintah Indonesia yang bungkam dan malah negara lain yang lebih perhatian.

“Negara lain sangat memperhatikan kita,sedangkan di negeri sendiri bungkam,” tulis akun @dimasabduh_

Baca Juga: Sentil Tifatul Sembiring Tentang Hastag DPR RI Mandul di Twitter, Fahri Hamzah: Ayo dong Bersuara, Galak Dikit

Selain itu pemerintah China juga mengecam tindakan Presiden Joe Biden yang menginstruksikan badan intelijen AS untuk “melipatgandakan” upaya melacak asal-usul Virus Corona.

Dinas Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan (Customs and Border Protection/CBP) Amerika Serikat (AS) pada Jumat 28 Mei menyatakan, penyelidikan instansinya mengungkap bahwa banyak pekerja Indonesia yang dipekerjakan di puluhan kapal-kapal China Dalian Ocean Fishing, mendapati kondisi yang sangat tidak manusiawi.

Buruh Indonesia itu kerap mengalami kekerasan fisik, ditahan upahnya, dijerat dengan utang, serta bekerja dan hidup dalam kondisi yang tidak manusiawi.

Melanjuti itu pemerintah AS memberlakukan larangan impor baru atas makanan laut dari armada perikanan China.

CBP mengatakan, seperti dikutip Reuters, “langkah itu diambil karena armada itu menggunakan buruh kerja paksa di 32 kapalnya, termasuk melakukan pelanggaran HAM terhadap banyak pekerja Indonesia”.

Kemudian, Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin menanggapi dalam konperensi pers hari Senin 31 Mei mengatakan, kapal-kapal China “Dalian Ocean Fishing tidak pernah menjual produk apapun ke Amerika, jadi sebenarnya tidak ada yang bisa disita Amerika,” kata Wang.

Baca Juga: Mikey Bentuk Kantou Manji, Baca Manga Tokyo Revengers Chapter 209 Bahasa Indonesia Selengkapnya

Permasalahan lainnya yaitu soal perintah Presiden Joe Biden menginstruksikan badan-badan intelijen Amerika untuk “melipatgandakan” upaya melacak asal-usul Virus Corona disebutnya sebagai manipulasi politik.

“Kami menilai pekerjaan pelacakan virus harus bergantung pada ilmuwan, dibanding pada personil intelijen,” kata Wang Wenbin.

Wang mendesak Amerika dan sekutu-sekutunya untuk tidak melakukan penelusuran asal muasal Covid-19 “untuk tujuan politik tersembunyi.”

Secara terpisah Wang mendesak Australia dan Selandia Baru untuk berhenti mencampuri urusan dalam negeri China “dengan kedok hak asasi manusia.”

“Kami sekali lagi mendesak pihak terkait untuk berhenti membuat pernyataan yang tidak bertanggungjawab dan melakukan lebih banyak hal yang kondusif bagi perkembangan hubungan bilateral dan perdamaian, serta stabilitas di kawasan,” tegas Wang.***

Editor: Ridho Nur Hidayatulloh


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x