Ilmuwan Universitas Emory Atlanta Temukan Obat Pasien Virus Corona

- 18 April 2020, 08:59 WIB
George Painter, direktur Emory Institute for Drug Development dan CEO Drug Innovation Ventures di Emory. ANTARA/HO-Emory University/pri.
George Painter, direktur Emory Institute for Drug Development dan CEO Drug Innovation Ventures di Emory. ANTARA/HO-Emory University/pri. /.*(Antara news.com)

MANTRA SUKABUMI – Seluruh pemimpin dunia sejak kemunculan virus corona dibuat sibuk dalam pencegahan, mempersempit dan memutus mata rantai virus tersebut dengan bermacam cara dan upaya yang mendorong pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang terkait pada covid-19.

Karena penyebaran wabah tersebut sangat luar biasa penularannya sehingga dengan sangat cepat menyebar keseluruh penjuru dunia dan menjadi pandemic global.

Dengan pandeminya virus corona masyarakat dunia dihinggapi dengan rasa takut ditambah data terbaru korban covid-19 sudah tembus mencapai 2 juta lebih.

Baca Juga: Kemenkes Imbau RS Untuk Menunda Pelayanan Praktik Kecuali Emergensi 

Para Ilmuwan juga disibukkan dengan adanya virus corona yang membuatnya mengadakan penelitian-penelitian dalam pencarian vaksin dan obat yang bisa menghilangkan virus tersebut dengan keilmuan dan keahliannya yang dimilikinya.

Salah satunya para ilmuwan di Universitas Emory Atlanta telah menemukan obat baru yang dapat mengubah cara dokter dalam mengobati pasien positif terinfeksi virus corona baru COVID-19.

Obat, yang disebut EIDD-2801, menunjukkan harapan dalam mengurangi kerusakan paru-paru dan telah menyelesaikan pengujian pada tikus. Ini akan segera diuji klinis pada manusia.

Dikutip mantrasukabumi.com dari antaranews.com para peneliti di UNC-Chapel Hill Gillings School of Global Public Health memainkan peran kunci dalam pengembangan EIDD-2801 ini.

Baca Juga: Waspada Lingkungan, Penyakit DBD Merebak di Tengah Pandemi Covid-19

Epidemiologi virus di laboratorium Ralph Baric, William R. Kenan Jr, seorang profesor epidemiologi di Universitas North Carolina-Chapel Hill, bekerja dengan rekan-rekan di Vanderbilt University Medical Center (VUMC) dan lembaga nirlaba DRIVE untuk menguji obat tersebut, yang ditemukan oleh para ilmuwan di Emory Institute for Drug Development (EIDD).

Studi ini menemukan bahwa, ketika digunakan sebagai profilaksis, EIDD-2801 dapat mencegah cedera paru-paru yang parah pada tikus yang terinfeksi.

EIDD-2801 adalah bentuk senyawa antivirus EIDD-1931 (yang ditemukan sebelumnya) yang tersedia secara oral; dapat diminum sebagai pil dan dapat diserap dengan baik untuk mencapai paru-paru.

Baca Juga: Tampilan Google Doodle Hari Ini, Terima Kasih: Pembantu Coronavirus

Ketika diberikan sebagai pengobatan 12 atau 24 jam setelah infeksi dimulai, EIDD-2801 dapat mengurangi tingkat kerusakan paru-paru dan penurunan berat badan pada tikus.

“Obat baru ini tidak hanya memiliki potensi tinggi untuk mengobati pasien COVID-19, tetapi juga tampaknya efektif untuk pengobatan infeksi coronavirus serius lainnya,” kata William R. Kenan Jr, di laman Universitas Emory, dikutip Jumat.

Dibandingkan dengan perawatan COVID-19 potensial lainnya yang harus diberikan secara intravena, EIDD-2801 dapat diberikan melalui mulut sebagai pil.

Selain kemudahan perawatan, ini menawarkan keuntungan potensial untuk merawat pasien profilaksis, misalnya, di panti jompo di mana banyak orang telah terpapar tetapi belum merasakan sakit.

Baca Juga: PSBB di Bandung Raya Dimulai Rabu 22 April 2020, Bagaimana dengan Sukabumi?

“Kami kagum pada kemampuan EIDD-1931 dan EIDD-2801 untuk menghambat semua coronavirus yang diuji dan potensi untuk pengobatan oral COVID-19. Pekerjaan ini menunjukkan pentingnya dukungan National Institutes of Health (NIH) yang sedang berlangsung untuk penelitian kolaboratif untuk mengembangkan antivirus untuk semua virus pandemi, bukan hanya virus corona,” kata Andrea Pruijssers, PhD, ilmuwan antivirus utama di laboratorium Mark Denison.

Denison adalah penulis senior studi Desember 2019 yang pertama kali melaporkan bahwa EIDD-1931 memblokir replikasi spektrum luas virus corona.

Kolaborator antarinstitusional ini, didukung oleh hibah NIH melalui University of Alabama di Birmingham, yang juga melakukan pengembangan praklinis remdesivir, obat antivirus lain yang saat ini dalam uji klinis pasien dengan COVID-19.

Halaman:

Editor: Emis Suhendi

Sumber: antaranews


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x