Terdapat komentar di situs kedutaan Tiongkok bulan lalu yang menyerang wartawan Swedia terkait artikel dampak sistem politik satu partai Tiongkok terhadap tanggapan soal virus corona.
"Menggunakan epidemi ini untuk tujuan politik, melancarkan serangan ideologis, dan menyebarkan kebohongan atas nama kebebasan berbicara hanya akan mengarah pada sabotase diri. Ini seperti mengangkat batu dan menjatuhkannya sendiri," kata Gui Congyou.
Para ahli mengatakan, Beijing melihat kritik dunia bukan hanya menyerang tindakan yang dilakukan Tiongkok, tetapi kepemimpinan serta hak mereka untuk memerintah.
"Jika ada yang mencoba menyerang Tiongkok dalam masalah ini. Tiongkok akan dengan tegas melawan balik," kata Shi Yinhong, Profesor Studi Internasional di Universitas Renmin.
Ia mengatakan, para pemimpin Tiongkok berpikir jika Tiongkok tidak balik melawan, harga dirinya akan lebih diinjak-injak.
Setelah muncul tuduhan kepada negaranya, sejumlah diplomat Tiongkok saat ini semakin banyak yang menggunakan Twitter dan Facebook, platform media sosial yang diblokir di negara mereka sendiri.
Baca Juga: UPDATE Rabu (29/4/2020), Positif Corona di Kabupaten Sukabumi Tambah Satu, Total 13 Orang
Hal itu dilakukan duta besar Tiongkok untuk Zimbabwe yang mengkomentari tindakan orang-orang Barat yang ia sebut sangat munafik.
Disebutkan, Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan para pemimpin lainnya mengabaikan pandemi virus corona, kemudian mulai mengkambinghitamkan Tiongkok begitu virus menyebar di wilayah mereka.**