Aksi Protes Antirasial di AS Makin Mencekam, Ulama Arab: Tak diperbolehkan Lakukan Protes di Islam

- 7 Juni 2020, 06:10 WIB
Shaikh Assim Al-Hakeem, mendapat kecaman di Twitter atas tanggapannya terhadap pertanyaan yang diajukan kepadanya oleh seorang pengguna.
Shaikh Assim Al-Hakeem, mendapat kecaman di Twitter atas tanggapannya terhadap pertanyaan yang diajukan kepadanya oleh seorang pengguna. /

Jika kamu melihat lokasinya, kamu akan tahu alasan mengapa dia mengatakan itu. Katakan saja Tidak diperbolehkan untuk protes di Arab Saudi, bukan Islam

Baca Juga: Heboh Kulit Dua Dokter Tiongkok Menghitam Usai Jalani Perawatan Virus Corona, Satunya Meninggal

Al-Hakeem mendapat kritik dari banyak pengguna Muslim, dengan banyak mengutip prinsip-prinsip Alquran untuk melawan ketidakadilan, bahkan jika itu berasal dari keluarga sendiri.

Artikel terkait sebelumnya telah tayang di Pikiranrakyat-bogor.com dengan judul Ada Unjuk Rasa Besar-besaran Suarakan Antirasial di AS, Ulama Arab: Dilarang Demo dalam Islam

Sementara yang lainnya menyoroti hadis yang dikenal luas, seperti 'Siapa pun di antara kamu yang melihat tindakan jahat, biarkan dia mengubahnya dengan tangannya; dan jika dia tidak mampu melakukannya, maka dengan lidahnya; dan jika dia tidak mampu melakukannya, maka dengan hatinya, dan itu adalah iman yang paling lemah'.

Seorang pengguna lain bertanya bagaimana mungkin bagi Saudi untuk memberontak melawan kekhalifahan Utsmaniyah.

Namun, ada juga pengguna yang berbagi interpretasi Al-Hakeem.

Baca Juga: Terbaru Daftar Harga Smartphone Realme Juni 2020, Realme X3 SuperZoom Dibandrol Rp 8 Jutaan

Dilansir dari Middle East Monitor, Sabtu 6 Juni 2020, gagasan-gagasan semacam itu tampaknya sejalan dengan merek Salafisme Madkhali yang pro-otoriter, dinamai sesuai dengan teolog Saudi Rabi Al-Madkhali, yang mengajarkan praktik Islam ultra-konservatif, yang sepenuhnya didukung oleh negara Saudi.

Ini sangat populer di Libya timur di mana ia ditoleransi di bawah almarhum penguasa Muammar Gaddafi , hari ini penganutnya membentuk banyak Tentara Nasional Libya (LNA) di bawah Jenderal Khalifa Haftar.

Halaman:

Editor: Emis Suhendi

Sumber: Pikiran Rakyat Bogor


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x