Namun ICC memulai reses musim panasnya selama tiga minggu pada 17 Juli tanpa mengeluarkan keputusan.
Diharapkan pengadilan PBB akan segera memutuskan kembali.
'Seperti mimpi buruk'
Bahkan setelah enam tahun, Rajaa Albatsh masih terjebak dalam ingatan serangan Israel 2014 di Gaza, ketika empat anaknya berada di antara 18 anggota keluarganya yang tewas dalam serangan Israel.
Baca Juga: Kabar Gembira Tiga Ponsel Nokia Bakal Rilis, Cek Spesifikasinya
Ibu 44 tahun itu menceritakan kisah "hari berdarah" itu.
"Pada malam tanggal 12 Juli 2014, kami duduk dengan normal. Para lelaki berdoa shalat Ramadhan malam Al Tarawih ketika sebuah ledakan besar menghantam seluruh area," katanya kepada Al Jazeera.
"Kehancuran ada di mana-mana. Aku tidak melihat apa-apa. Aku bergegas ke jalan. Semua orang di sekelilingku berteriak. Itu adalah pemandangan yang tak terlupakan."
Serangan udara Israel menghantam daerah itu berulang kali, menewaskan 18 anggota keluarga Albatsh dengan 45 lainnya terluka. Keluarga itu tinggal di rumah-rumah yang berdekatan di lingkungan al-Tofah di timur Jalur Gaza. "Bom-bom itu langsung menghantam rumah saudara lelaki suamiku. Empat anak-anakku ada di sana dan mereka terbunuh bersama seluruh keluarga paman mereka," kenangnya.
Baca Juga: Sastrawan Ajip Rosidi Meninggal Dunia, Rencana akan Dimakamkan Siang Ini